Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harmoni Gamelan di Kota "China Kecil" yang Kian Sunyi...

Kompas.com - 16/03/2017, 09:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

Bagi Opa Gandor, pergelaran gamelan di Kelenteng Cu Ang Kiong jelang Cap Go Meh adalah bagian dari tradisi. Para pemain gamelan juga dianggap seperti keluarga Kelenteng Cu Ang Kiong.

"Kalau tidak ada nanti ada yang tanya. Sepi kalau gak ada. Kalau seperti band, gak bisa awet. Ini dari pagi sampai jam 12 malam. Nanti setelah sembayang zuhur istirahat. Sekitar jam satu main lagi sampai jam tiga. Nanti menjelang maghrib, istirahat. Sampai jam 11 nanti selesainya," tambahnya.

Soal anggapan keluarga, terlihat dari kebiasaan saling terbuka dalam masalah keuangan. Para pemain tak jarang meminjam uang pada pihak kelenteng.

"Mereka sudah seperti keluarga, misalnya mau pesta pernikahan, sunat. Dia pinjam uang ke kita. Misalnya mereka sudah punya kerja, baru bayar ke kita," ujarnya.

Pengamat Budaya Tionghoa, Agni Malagina mengatakan pergelaran gamelan di kelenteng seperti di Lasem itu adalah bentuk eksistensi percampuran dengan masyarakat Jawa. Menurutnya, tak semua kelenteng di daerah Jawa Tengah ada pergelaran gamelan jelang Cap Go Meh.

"Itu sudah the way of life mereka. Sudah ada dari darah mereka. Budayanya mereka (Tionghoa Lasem), ya budaya Jawa," ujar Agni.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Penonton duduk menikmati pagelaran gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Tak banyak penonton yang datang untuk menyaksikan pagelaran gamelan.
Adanya seni gamelan di tengah Kota Lasem yang sering disebut "China Kecil" itu sudah terbukti hadir sejak lama. Menurutnya, gamelan-gamelan juga banyak dimiliki oleh masyarakat peranakan Lasem.

"Sekarang banyak gamelan dijual keluar Lasem. Dari cerita oma-oma di Lasem, dulu di Desa Karang Turi, setiap rumah, punya gamelan. Biasa dimainin saat jam-jam santai, ada tamu pejabat, nemanin memakai candu," tambahnya.

Kini gamelan di tengah peradaban Lasem seperti hidup segan mati tak mau. Baik Agni maupun Ketua Kelompok Gamelan Sekar Laras, Ngaripin mengaku tak ada anak muda yang memainkan gamelan.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Kelompok Sekar Laras memainkan musik gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Pagelaran gamelan hadir dalam rangka menyemarakkan Cap Go Meh di Lasem.
"Sebanyak apa pun koleksi di Lasem, gak ada yang mainin. Gak ada yang ngerawat, rusak. Memprihatinkan sih. Bisa dibayangkan di sana ada rumah-rumah punya gamelan, itu menunjukkan kondisi ekonomi sana. Betapa sejahtera masyarakat Lasem," ujarnya.

Ngaripin menyebut hanya orang-orang tua saat ini yang masih memainkan gamelan. Hal itu dilatari kegemaran atas musik gamelan.

Pergelaran gamelan di kelenteng Lasem terlihat seperti ingin menyelamatkan nyala api di tengah rintik hujan. Semakin maju teknologi, semakin budaya tradisional kian kurang diminati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com