Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barong, Teater Tradisional Desa Kemiren Banyuwangi yang Masih Bertahan

Kompas.com - 16/03/2017, 15:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Saat ini sudah banyak bermunculan perkumpulan kesenian Barong di desa-desa yang mayoritas warganya adalah Suku Using, suku asli Kabupaten Banyuwangi.

Menurut Pendik, sebenarnya Barong bukanlah tontonan tapi adalah bagian dari adat masyarakat Desa Kemiren.

Barong dipentaskan pada saat upacara bersih desa yang diselenggarakan pada minggu pertama bulan haji serta diarak keliling Desa Kemiren pada 3 hari setelah Idul Fitri.

Namun kesenian Barong kemudian berkembang menjadi seni pementasan bersifat hiburan dan dapat dipentaskan pada saat perkawinan serta arak-arakan khitanan.

Pada pementasan Barong, ada sekitar 30 orang pemain yang terlibat dengan usia yang beragam mulai dari 13 tahun hingga 80 tahun. Pementasan dilakukan semalam suntuk mulai jam 9 malam hingga pagi hari.

Selain menampilkan seni peran, di Barong juga ada musik, tari dan lagu dengan dialog menggunakan bahasa daerah Using.

Pendik menjelaskan, setiap pemain Barong akan mendapatkan bayaran yang berbeda-beda dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori A mendapatkan bayaran Rp 150.000, kategori B dengan bayaran Rp 130.000 dan kategori C dengan bayaran Rp 110.000.

"Untuk kategori C itu biasanya memainkan dua peran yang cuma sebentar," katanya.

Terkadang bayaran untuk pemain juga turun menjadi Rp 110.000 untuk kategori A, Rp 90.000 untuk kategori B dan untuk kategori C dihargai Rp 70.000. Hal tersebut disesuaikan dengan jauh dan dekatnya lokasi pementasan.

"Biasanya untuk nanggap Barong biayanya sekitar Rp 5.500.000 bersih dengan kendaraannya, bayaran pemainnya juga untuk uang kas. Itu bisa turun, bisa naik sesuai dengan jauh dekat lokasinya," kata Pendik.

Barong Trisno Budoyo juga beberapa kali main di luar kota seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya untuk mewakili kesenian dari Banyuwangi.

Sebelum tahun 2000-an, menurut Pendik, hampir setiap malam mereka pentas dan hanya kosong 3 hari dalam sebulan untuk istirahat.

Namun akhir-akhir ini Barong mulai sepi tanggapan karena untuk hiburan hajatan banyak yang beralih ke musik electone.

"Sekarang sudah nggak seperti dulu. Seminggu dua sampai tiga kali mentas itu sudah bagus. Tapi sampai kapan pun kami akan bertahan karena ini bukan sekadar pementasan tapi ini tradisi yang harus dilestarikan," jelas Pendik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com