"Supaya ndak sepi jadi ada gambarnya," ujarnya.
Namun, di mata pengamat budaya Tionghoa, Agni Malagina gambar-gambar itu punya latar belakang cerita tersendiri.
Agni menceritakan bahwa panel-panel gambar di Kelenteng Cu Ang Kiong itu adalah cerita-cerita dari komik. Cerita itu berasal dari kejadian-kejadian yang tercatat di naskah kuno.
"Kelenteng-kelenteng sezaman masing-masing punya dekorasi yang unik. Di Cu Ang Kiong itu kejadian tentang dewa-dewa. Ada pesan moralnya. Yang di Cirebon itu ditempel keramik-keramik Eropa," kata Agni saat berbincang dengan KompasTravel beberapa waktu lalu.
BACA: Menginap di Bangunan China-Hindia Lasem, Mau?
Dalam tulisannya di Majalah National Geographic Indonesia yang berjudul "Menyingkap Kisah Pahatan dan Mural Kuno di Lasem" (2015), Agni menulis bahwa mural monokrom hitam putih itu diambil dari 100 panel ‘komik’ Fengshen Yanyi, yang dikenal juga dengan nama Fengshenbang atau Kisah Mitologi Dewa-Dewa Taois karya Xu Zhonglin.
Fengshen Yanyi ditulis pada masa Dinasti Ming (1368-1644), terbit pada 1550. Karya itu berkisah mengenai mitologi dewa-dewi China yang sarat mitos, sejarah, dan legenda—yang diperkuat dengan fantasi sang pengarang.
Cerita-cerita dalam panel itu terasa begitu detil hingga terasa hidup. Siapapun yang melihat panel-panel itu pasti terkesima.
BACA: Yuk, Berburu Foto Instagramable di Lasem
Masuk ke kelenteng-kelenteng seperti di Cu Ang Kiong seperti hidup di era mitologi dewa-dewi China. Namun, alangkah baiknya jika tak sembarang menyentuh bagian-bagian dari kelenteng itu. Seperti yang Opa Gandor bilang.
"Jangan pegang-pegang tembok nanti rusak," pesannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.