Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidden Canyon Beji Guwang, Ngarai Suci Pulau Bali

Kompas.com - 27/03/2017, 07:25 WIB

Awalnya, hanya berjalan kaki biasa di aliran sungai setinggi lutut. Selanjutnya, kaki mulai melompati bebatuan dan sesekali berjalan beriringan di batu tepian sungai yang sempit.

Ketika menyeberangi sungai dengan titik terdalam hingga 6 meter, pengunjung harus melompat dengan bantuan tali.

Bagi yang jago berenang, boleh saja jika ingin menyusuri sungai ini sambil berjalan kaki lalu berenang di antara bebatuan.

Cahaya matahari yang menerobos di antara bebatuan memberi nuansa berbeda. Terobosan cahaya itu membuat bebatuan tampak lebih mengilap.

Di antara dinding-dinding ngarai yang menjulang tinggi, air menetes dari tumbuhan-tumbuhan yang menjalar. Akar-akar pepohonan tua juga menghiasi tepian sungai.

Di beberapa titik perhentian, pengunjung bisa betah berlama-lama menghirup keindahan ngarai. Mereka memanfaatkan waktu rehat di antara tebing ngarai untuk berfoto.

Berada di tepian ngarai sungai mampu menghadirkan kesejukan dan ketenangan. Tempat yang sangat cocok jika Anda ingin sejenak yoga atau bermeditasi.

Mata air di tepian sungai juga digunakan untuk melukat (meruwat) dan ritual persembahyangan lain oleh warga sekitar.

Ada tiga ngarai di sepanjang sungai. Dari titik awal hingga ujung ngarai terakhir, pengunjung membutuhkan waktu lebih kurang empat jam perjalanan.

Jika sudah merasa cukup mencicipi keindahan ngarai pertama, pengunjung bisa memotong jalan melewati air terjun mini.

Setelah beberapa saat menyusuri tanggul padi milik para petani, wisatawan bisa kembali ke loket penjualan tiket yang berimpit dengan areal pemakaman.

Para pemancing

Dari kegemaran berswafoto pula, Hidden Canyon Beji Guwang mulai ditemukan. Semua berawal pada tahun 2015, ketika para pemancing mulai mengunggah foto lokasi memancing mereka di media sosial, seperti Instagram.

Keindahan sungai di Beji Guwang lantas menarik hati seorang fotografer profesional yang kemudian mempromosikan keindahan ngarai-ngarainya.

Setelah ramai di media sosial, kunjungan wisatawan ke sungai tersebut tiba-tiba meningkat. Kepala desa kemudian meminta pemuda desa untuk membersihkan tepian sungai dan mulai mengelolanya sebagai salah satu tujuan wisata baru di Bali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com