KOMPAS.com - Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal dengan padang savana, atraksi budaya Pasola, dan perkampungan tradisional yang masih asli.
Selain itu, pulau yang memiliki keunikan alam ini memiliki kawasan Taman Nasional (TN) Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MataLawa).
Saat ini Pulau Sumba membutuhkan konektivitas pengembangan pariwisata berbasis ekologi dan budaya.
(BACA: Mau Liburan Mewah atau Backpacker ke Sumba? Bisa!)
Konsep konektivitas itu adalah wisatawan mancanegara dan Nusantara yang berkunjung ke Pulau Sumba yang bermula dari wilayah Sumba Barat Daya sampai ke Sumba Timur dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang terunik di Pulau Sumba di mana warga lokal memperoleh keuntungan dari kunjungan tersebut.
TN Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti memiliki keunikan-keunikan yang tak dimiliki oleh kabupaten lain di NTT.
Jika Anda berpetualang ke Pulau Sumba, bersiaplah menemukan keunikan-keunikan tersendiri, mulai dari kuda liar yang hidup di padang savana, pengembalaan kerbau dan sapi secara liar.
(BACA: Nihiwatu Sumba, Inilah Hotel Terbaik di Dunia)
Ditambah lagi perkampungan-perkampungan tradisional yang langka dengan manusia Sumba yang menganut agama asli yang hidup di pegunungan dan lembah yang disebut kepercayaan Marapu.
Surahman menjelaskan, TN Menupeu Tanah Daru dan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Pulau Sumba masuk tiga kabupaten yakni Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
(BACA: Keunikan Tradisi Menangkap “Nyale” dan Pasola di Sumba Barat)
Kedua TN ini digabung menjadi satu yaitu TN Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MataLawa) sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/2016, dengan luas 90.142 hektare.