Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau ke Komodo, Lewat Sumbawa Saja

Kompas.com - 04/04/2017, 11:03 WIB

"MAU ke Komodo, Pak?” Mita (25), petugas hotel di Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, melontarkan pertanyaan itu, Rabu (29/3/2017) petang.

Dari Pelabuhan Sape ternyata tiap hari ada feri yang melayani rute ke Labuan Bajo, gerbang utama menuju pulau berpenghuni reptil raksasa itu.

Dari Sape, kota kecamatan di ujung timur Pulau Sumbawa, sebagian kecil wisatawan yang hendak ke Pulau Komodo dan destinasi lain di kawasan perairan itu dapat memulai perjalanan.

Dari Sape ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), butuh enam jam berlayar.

”Dalam satu minggu, dua-tiga hari biasanya ada wisatawan asing yang menginap di sini. Beberapa hari lalu ada seorang wisatawan asal Polandia yang menginap di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo,” ujar Mita.

(BACA: Kejarlah Ombak sampai Sumbawa Barat)

Namun, esok harinya, Kamis, di feri yang mulai berlayar pukul 10.25 itu tidak ada wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik.

Penumpang kapal yang naik, sekitar sepertiga dari kapasitas kapal yang lebih dari 300 orang itu, kebanyakan pedagang yang hendak berjualan di Pulau Flores serta pelajar dan pekerja yang hendak pulang kampung.

Perjalanan enam jam di atas Kapal Motor Penumpang Cakalang itu tidak membosankan. Dari kapal tampak tepian pulau-pulau berpasir putih. Bahkan, setelah keluar perairan Sape, penumpang disuguhi gagahnya Gunung Sangeang.

Berkunjung ke Pulau Komodo serta destinasi wisata lain, seperti Pulau Rinca, Pulau Padar, dan Pantai Pink, melalui Pulau Sumbawa pun merupakan pengalaman menarik bagi wisatawan.

Setelah menikmati sejumlah destinasi wisata menarik, misalnya ”negeri di atas awan” Desa Mantar di Kabupaten Sumbawa Barat, Pulau Moyo di Kabupaten Sumbawa, Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, Istana Kesultanan Bima di Kota Bima, dan wisata di sekitar Sape, wisatawan dapat melanjutkan petualangan ke Labuan Bajo.

(BACA: Menyambangi TN Komodo, Ini 5 Destinasi Andalannya)

Pilihan perjalanan melalui Sumbawa itu misalnya dilakukan oleh Rao dan Eki, warga Medan.

”Saya naik pesawat ke Lombok, lalu melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo melalui Sumbawa. Kami menyeberang melalui Sape,” kata Rao saat ditemui di obyek wisata Pulau Padar,
Kabupaten Manggarai Barat.

Di sepanjang perjalanan mulai dari Pototano di Sumbawa Barat hingga Sape di ujung timur Pulau Sumbawa, wisatawan juga disuguhi pemandangan beragam.

Mulai dari tanaman padi dan ladang-ladang jagung di kanan-kiri jalan lintas Sumbawa hingga bukit-bukit yang hijau dengan hutan yang terjaga. Sebagian jalan pun menyusuri tepian pantai Teluk Saleh yang memukau.

Dari Kota Bima dan Sumbawa Besar, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo melalui biro-biro perjalanan di dua kota itu.

Meski demikian, kunjungan wisatawan ke Pulau Sumbawa masih rendah jika dibandingkan total kunjungan wisatawan ke Nusa Tenggara Barat (NTB).

Data BPS Sumbawa menyebutkan, tahun 2015 kunjungan wisatawan nusantara mencapai 66.654 orang dan wisatawan mancanegara 1.802 orang.

Bandingkan dengan total kunjungan ke NTB pada tahun yang sama, yakni wisatawan domestik 1.149.235 orang dan wisatawan mancanegara 1.061.292 orang.

Pada tahun yang sama, data Bappeda NTT menyebutkan, kunjungan wisatawan nusantara ke Taman Nasional Pulau Komodo sebanyak 19.215 orang, sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 76.195 orang.

KOMPAS/AGUS MULYADI Matahari pagi bersinar di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (30/3/2017). Matahari muncul dari balik Pulau Bajo di depan pelabuhan. Cerahnya matahari pagi di Sape, seakan-akan menjadi penda akan bersinarnya industri pariwisata di Sape dan Pulau Sumbawa.
Secara keseluruhan, kunjungan wisatawan ke NTB pada tahun 2016 makin bertambah, yakni ada 1.690.109 wisatawan nusantara dan 1.404.328 wisatawan mancanegara. Kunjungan itu masih didominasi kunjungan ke Pulau Lombok.

Rendahnya kunjungan wisatawan ke Pulau Sumbawa mendorong pemerintah berusaha meningkatkannya.

Apalagi, Pulau Sumbawa memiliki potensi besar, yaitu Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora atau disebut Kawasan Wisata Samota. Lokasi pulau juga strategis karena dua destinasi, yakni Lombok dan Labuan Bajo.

Lebih dekat

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Fauzal mengakui rendahnya kunjungan ke Pulau Sumbawa.

Menurut dia, konektivitas antardaerah di pulau terbesar NTB itu menjadi masalah utama pengembangan pariwisata. Fasilitas dua bandar udara di Sumbawa Besar dan Kota Bima pun terbatas.

Padahal, Pulau Komodo, misalnya, lebih dekat dari Sape dibandingkan dari Labuan Bajo. Carlos, pengemudi perahu wisata sewaan di Labuan Bajo, menyebutkan, dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo butuh tiga jam, sedangkan dari Sape cuma dua jam.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA Anak buah kapal memasuki kawasan Pelabuhan Sape di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (30/3/2017) pagi. Pelabuhan di ujung Nusa Tenggara Barat itu memiliki posisi strategis, yakni sebagai pintu gerbang kedua menuju Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada seminar bertajuk ”Investasi guna Mendorong Pariwisata Pulau Sumbawa”, Kamis (23/3/2017), di Jakarta, menyebutkan, masih banyak infrastruktur dasar yang perlu dibangun.

Dia meminta pemda menyiapkan sarana dan prasarana, antara lain terkait kebersihan lokasi wisata.

Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin dalam seminar itu mengakui kesenjangan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Untuk mengembangkan pariwisata di Pulau Sumbawa, infrastruktur dasar, seperti listrik, perlu ditingkatkan. Akomodasi di Sumbawa juga belum selengkap di Lombok.

Festival

Terkait upaya peningkatan kunjungan wisatawan, akan digelar Festival Pesona Tambora 2017 pada 5-11 April. Festival ini merupakan kelanjutan acara serupa, yakni Tambora Menyapa Dunia 2015 dan Festival Pesona Tambora 2016.

Beragam acara digelar di lima wilayah pulau itu, yakni di Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, dan Kota Bima.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Indra (24) memanggul karung beras yang disebut dalam bahasa setempat Ampa Fare di halaman Uma Lengge di Wawo, Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (31/3/2017). Uma Lengge yang merupakan lumbung-lumbung padi ini miliki banyak nilai kearifan lokal mulai sistem ketahanan pangan hingga mitigasi bencana bagi warga yang diwariskan sejak ratusan tahun.
Salah satu acara yang digelar adalah lomba balap ayam (barapan ayam) pada 5 April di Pototano, Sumbawa Barat. Adapun puncak acara dari rangkaian Festival Tambora 2017 adalah peresmian pabrik gula di daerah Doropeti, Kabupaten Dompu.

Seperti tahun 2015 dan 2016, perhatian akan tertuju pada lomba lari 320 kilometer yang dimulai di Pototano. Lokasi finis sama seperti dua lomba sebelumnya, di Doro Ncanga, di kaki Gunung Tambora, Dompu.

Sebanyak 15 pelari telah mendaftar. Salah satu peserta adalah juara tahun 2016, Matheos Berhitu (46) asal Ambon, Maluku.

Tahun ini, untuk pertama kalinya dilombakan lari 320K relai. Dua pelari dalam satu tim bergantian menempuh jarak 320 kilometer. Pelari pertama dilanjutkan pelari kedua mulai kilometer 160. Lima tim mendaftar dalam lomba ini.

Laju para pelari diharapkan mendorong pula laju Pulau Sumbawa membangun pariwisata agar sejajar dengan Lombok dan Labuan Bajo, Flores. (KOMPAS/AGUS MULYADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com