Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rombeng Rajong", Cara Menghormati Leluhur di Flores

Kompas.com - 06/04/2017, 07:08 WIB
Markus Makur

Penulis

KOMPAS.com - Tetua adat Kampung Runus dan Rajong serta kampung sekitarnya di Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur selalu setia memakai “Rombeng Rajong”.

“Rombeng Rajong” merupakan topi khas Suku Rajong. "Rombeng" berarti topi dan "Rajong" adalah nama kampung yang unik di wilayah Utara dari Manggarai Timur.

Tetua adat dan orang dewasa di Rajong selalu memakai Rombeng Rajong untuk menghormati leluhur dari Kampung Rajong. Rombeng Rajong merupakan topi khusus yang dipakai oleh tokoh adat di rumah gendang di Kampung tersebut.

Saat acara ritual Soso Uwi di rumah gendang di Kampung Rajong, Tua adat di rumah adat di kampung itu memakai Sufi.

(BACA: Menarilah Bersama Penari Pua Kopi di Flores)

Sufi adalah topi Rajong berbentuk bulat yang tidak diberi pewarna. Sufi ini dipakai khusus oleh tetua adat di kampung itu. Orang dewasa dan anak muda dilarang memakai Sufi tersebut. Sufi dipakai oleh pemangku adat.

Ritual soso Uwi merupakan ritual syukuran tahunan setelah panen hasil ladang dan lainnya. Soso artinya bersih sedang Uwi berarti ubi hutan yang berbentuk bulat.

Jadi ritual Soso Uwi adalah ritual membersihkan ubi di batas tahun dengan ditandai syukuran demi menghormati alam semesta yang sudah memberikan berkat berlimpah bagi kelangsungan hidup masyarakat di wilayah Rajong tersebut.

Kelangsungan ritual Soso Uwi selalu dilaksanakan pada bulan September di Kampung Langgasai dan Walan setiap tahun sebagai tahun kalender para petani di Kecamatan Elar Selatan.

(BACA: 5 Tempat Wisata Pilihan di Maumere, Jantung Hati Flores)

Saat ritual itu berlangsung, tetua adat di Kampung Langgasai, Walan, Runus, dan Rajong memakai Sufi sebagai tanda tetua adat dan pemangku adat di kampung tersebut.

Orang muda, orang dewasa juga orangtua yang tidak memiliki jabatan dalam perkampungan tidak memakai Sufi melainkan memakai Rombeng Rajong dengan gambar bintang serta memiliki pewarna dalam topinya yang berbentuk segi empat atau topi lonjong.

Kornelis Sambi (60), Benediktus Besi, Heribertus Nganu dan Stanislaus Rande saat berjumpa dengan KompasTravel di Kampung Mbapo, Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba dalam sebuah acara kekeluargaan, Selasa (21/3/2017) lalu menjelaskan, topi adat khas Suku Rajong disebut Rombeng Rajong.

Selama ini orang luar sering menyebut Topi Rajong. Sesungguhnya itu keliru. Yang sebenarnya adalah Rombeng Rajong. Rombeng Rajong merupakan warisan leluhur orang Rajong.

"Rombeng itu ada kekhasan di bagian pinggir topi dengan gambar bintang. Seperti yang kami berempat pakai ini adalah Rombeng Rajong. Ada anyaman bintang di pinggir Rombeng ini. Kalau dipakai oleh pemangku adat tidak memiliki bintang di pinggirnya. Itu yang disebut Sufi karena mulus tanpa pewarna di seluruh topinya," katanya.

Sambi menjelaskan, orang Rajong bisa membedakan antara topi yang dipakai oleh pemangku adat dengan warga biasa. Orang Rajong tidak sembarang memakai topi.

"Kita bisa membedakan antara pemangku adat dan bukan diketahui dari cara memakai topinya. Terlebih pada ritual-ritual adat di Kampung Rajong dan sekitarnya. Orang muda dan orang tua yang tidak memiliki jabatandi lembaga adat dilarang memakai topi Sufi," katanya.

"Topi Sufi sebagai keramat yang hanya dipakai oleh pemangku adat dan tua-tua adat di kampung. Topi Sufi sebagai topi menghormati para leluhur yang sudah mewariskan topi itu secara turun temurun," tambah Sambi.

Dia melanjutkan, topi Sufi dilarang jual kepada umum, melainkan yang bisa dijual adalah Rombeng Rajong dengan motif bintang di pinggir kiri dan kanan dari topi tersebut.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Warga di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, Selasa (21/3/2017) selalu memakai rombeng rajong dalam berbagai acara kekeluargaan maupun acara adat di seluruh kampung. Rombeng rajong merupakan topi khas orang Manggarai Timur yang sangat unik. Bahannya dasarnya berasal dari hasil hutan.
Bahkan, setiap tamu yang berkunjung di Kampung Rajong disematkan Rombeng Rajong yang berbintang sebagai penghormatan kepada tamu yang sudah menggapai bintang. Artinya seseorang tamu yang sudah memiliki jabatan publik seperti kepala daerah dan pejabat lainnya.

"Kami sangat taat dalam memakai benda-benda adat termasuk topi adat. Kami tidak boleh melanggar dalam memakai topi adat di wilayah Kampung Rajong dan sekitarnya," katanya.

Cara Membuat Rombeng Rajong dan Sufi

Heribertus Nganu, sebagai salah perajin Rombeng Rajong dan Sufi dari Kampung Runus dan Rajong kepada KompasTravel pada pertengahan Maret 2017 lalu menjelaskan, bahan dasar dalam membuat Rombeng Rajong dan Sufi berasal bambu halus, bahasa lokalnya Nghelung dan Pering.

Bambu halus itu dianyam, ditambah dengan tali dari hutan, dalam bahasa lokalnya Werek yang agak muda diiris menjadi sangat kecil. Selanjutnya disulam dengan anakan tali, dalam bahasa lokal aur.

"Prosesnya agak lama untuk menghasilkan satu Rombeng Rajong dan Sufi. Orang-orang terampil seperti kaum perempuan yang terlatih bisa menganyam Rombeng Rajong dan Sufi. Saya mempunyai kelompok perajin Rombeng Rajong dan Sufi. Ini saya lakukan bersama anggota kelompok agar Rombeng Rajong dan Sufi tetap lestari di tengah maraknya topi-topi modern yang dijual sampai di kampung," ujarnya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Warga di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, Selasa (21/3/2017) selalu memakai rombeng rajong dalam berbagai acara kekeluargaan maupun acara adat di seluruh kampung. Rombeng rajong merupakan topi khas orang Manggarai Timur yang sangat unik. Bahannya dasarnya berasal dari hasil hutan.
Nganu menjelaskan, Rombeng Rajong biasanya berwarna hitam dan merah tergantung pewarna alamiahnya. Pewarna Rombeng Rajong adalah kuli Sorghum.

Kulit sorghum direbus hingga masak lalu Rombeng Rajong yang sudah dianyam dicelupkan kedalam air sorghum yang sedang masak. Makanya, warna akan berubah sesuai dengan pewarna dari kulit sorghum.

Nganu menjelaskan, harga Rombeng Rajong dan Sufi berkisar dari Rp 300.000 sampai Rp 600.000 karena proses pembuatan yang teliti serta bahan-bahannya secara alamiah diambil hutan.

Stanislaus Rande, penjaga rumah adat di Kampung Runus kepada KompasTravel mengatakan Rombeng Rajong dan Sufi sudah berusia ratusan tahun. Dan topi khas orang Manggarai Timur yang pertama berasal dari wilayah Rajong dan Runus.

"Kami berharap Rombeng Rajong dan Sufi dijadikan topi khas Manggarai Timur. Kegagahan kita akan ditentukan juga oleh keunikan topi yang kita pakai di kepala," katanya.

Kepala Desa Mosingaran, Kecamatan Elar Selatan, Yoseph Frumentius Dima kepada KompasTravel, Kamis (30/3/2017) di Kantor Bupati Manggarai Timur di Lehong menjelaskan, Rombeng Rajong dan Sufi merupakan topi khas Manggarai Timur yang berasal dari wilayah Kecamatan Elar.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Perpaduan rombeng rajong dengan topi songke Manggarai Raya, Selasa (21/3/2017) yang dipakai oleh semua kalangan saat acara kekeluargaan di Kampung Mano, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Dua topi ini selalu dipakai oleh orang tua, orang muda saat ritual adat maupun acara perkawinan di wilayah Manggarai Raya.
"Beberapa tahun lalu kami sempat mempromosikan sampai ke tingkat Kabupaten Manggarai Timur. Tapi, responsnya lambat serta sejumlah hasil anyaman topi ini tidak ada yang beli," tuturnya.

Dima menjelaskan, Pemkab Manggarai Timur melalui instansi terkait pernah memberikan semangat kepada warga di Kecamatan Elar Selatan untuk memproduksi topi ini.

Warga merespons dengan cepat dengan membentuk kelompok perajin dan menganyam Rombeng Rajong tersebut. Ketika Rombeng Rajong ada banyak dan dibawa ke Kabupaten Manggarai Timur, sama sekali ada dukungan dengan membelinya.

"Saat itu warga kecewa dan tidak memproduksi lagi Rombeng Rajong dengan banyak melainkan untuk kebutuhan sendiri di sekitar Elar Selatan. Tapi ke depan diupayakan membangkitkan kembali untuk menganyam Rombeng Rajong sebagai topi khas dari Manggarai Timur,” katanya seusai dilantik Bupati Manggarai Timur, Yoseph Tote di Aula Pusat Perkantoran Manggarai Timur di Lehong.

Frans Sarong, kepada KompasTravel, di Kampung Mbapo, Desa Lembur mengatakan, Rombeng Rajong merupakan topi tertua khas masyarakat dari Elar Selatan khususnya dan Manggarai Timur umumnya.

"Topi ini harus menjadi branding bagi produk lokal khususnya topi khas Manggarai Timur. Ada juga topi rongga, topi songke dan topi rea yang merupakan kekhasan Manggarai Raya di Flores Barat. Geliat pariwisata di Flores Barat dengan binatang komodo akan berdampak bagi orang-orang Flores untuk memperkenalkan produk khasnya kepada wisatawan serta para pencinta topi-topi unik dari seluruh Indonesia," kata Frans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com