Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakatobi Andalkan Partisipasi Masyarakat

Kompas.com - 16/04/2017, 10:03 WIB

WANGI-WANGI, KOMPAS - Pengamanan segitiga jantung terumbu karang dunia seluas 1,39 juta hektar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, masih mengandalkan partisipasi komunitas lokal dan adat.

Hingga kini, instansi pemerintah menghadapi transisi pemberlaku an undang-undang pemerintah daerah dan birokrasi penegakan hukum.

Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Budidaya dan Pembenihan Ikan Wakatobi Syahbudin, Rabu (12/4/2017) malam, di Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mengatakan, sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah berlaku efektif pada November 2016, pihaknya tak berwenang patroli pengawasan.

”Karena itu, kami dorong peran kelompok masyarakat pengawas,” ujarnya pada pertemuan dengan peserta Media Trip WWF Indonesia untuk mengenalkan aplikasi Marine Buddies dan kampanye #TemanTamanLaut.

(BACA: Ini Tempat-tempat Menarik untuk Selfie di Wakatobi)

Menurut UU Pemerintahan Daerah, kewenangan patroli ditarik ke pemerintah provinsi dan pusat. Kemungkinan Pemprov Sultra membentuk unit pelaksana teknis daerah (UPTD) untuk menjalankan tugas pengawasan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan lewat Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung punya pos pengawasan di Wakatobi sejak 2013. Namun, pos itu tak efektif karena tak dilengkapi kapal patroli.

Kewenangan penyidikan

Wakatobi sebagai taman nasional yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kehilangan kewenangan penyidikan.

”Kalau ada kasus, penyidikan dari (balai penegakan hukum) Makassar. Padahal, waktu kami memproses tersangka 1 x 24 jam,” kata Putu Suastawa, polisi hutan di Seksi I Balai Taman Nasional Wakatobi.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Penyelam menikmati keindahan bawah laut di Pantai Waha, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (24/6/2016).
Di sisi birokrasi, balai taman nasional di bawah kendali Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Adapun penegakan hukum dilakukan jajaran Ditjen Penegakan Hukum.

Sistem itu berubah sejak perubahan struktur KLHK tiga tahun lalu. Sebelumnya, taman nasional di bawah Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dengan perangkat patroli dan penyidikan. Kini, fungsi PHKA dipecah di Ditjen KSDAE dan Ditjen Penegakan Hukum.

Saharudin, pegiat Komunitas Nelayan Tomia (Komunto), menuturkan, warga setempat mendapat manfaat perikanan dan wisata sejak Komunto dan warga Tomia membangun ”bank ikan” di Tadupale. Itu jadi andalan titik selam di Wakatobi dan memasok stok ikan di sekitarnya. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com