Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangiang dan Tradisi Masyarakat Pesisirnya

Kompas.com - 17/04/2017, 07:18 WIB

Abdul Gani mengatakan, tradisi doa Lopi tidak hanya kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya menyeimbangkan doa dan usaha, tetapi juga kebersamaan. Hal itu terlihat dari warga yang saling membantu, terutama ketika ada sesamanya tidak bisa menyelenggarakan doa Lopi.

”Sering kali, ada warga yang tidak bisa menyelenggarakan doa Lopi sehingga tidak bisa meluncurkan kapalnya ke laut. Alasannya, belum punya biaya terutama untuk membeli ayam atau kambing. Pada momen itulah warga lain memberikan bantuan,” kata Abdul Gani.

Masyarakat pelaut

Desa Sangiang terletak sekitar 62 kilometer timur Laut Raba, ibu kota Kabupaten Bima atau 39 kilometer arah barat Pelabuhan Sape (pelabuhan penyeberangan ke Komodo). Wilayahnya terdiri dari kawasan pesisir di daratan Sumbawa (Sangiang daratan) dan Gunung Sangiangapi (Pulau Sangiang), yang terletak di laut.

Perkampungan warga berada di daratan, sementara Gunung Sangiangapi yang termasuk gunung aktif, digunakan warga sebagai tempat bercocok tanam kacang, wijen, jewawaut, cabai, serta beternak sapi dan kerbau.

Namun, dari sekitar 4.000 penduduk Sangiang, 80 persen di antaranya menggantungkan hidup sebagai pelaut. Tak mengherankan jika kapal-kapal warga memenuhi sepanjang kawasan pesisir Sangiang daratan.

Kapal-kapal di Sangiang merupakan kapal pinisi berjenis lamba atau lambo berukuran kecil dan besar. Lamba atau lambo merupakan jenis kapal pinisi yang lebih modern karena dilengkapi mesin. Adapun pinisi yang asli disebut palari dan ukurannya lebih kecil daripada lamba.

Kapal-kapal itu digunakan untuk menangkap ikan atau mengangkut hasil pertanian di Gunung Sangiangapi. Selain itu, masyarakat Sangiang juga menggunakannya untuk mengangkut barang dagangan antarwilayah di Pulau Sumbawa hingga antarprovinsi.

Rute yang ditempuh adalah Bima-Kalimantan-Sulawesi-Ambon-Papua dan Bima-Surabaya-Semarang-Jakarta, serta rute lokal lain.

”Kapal-kapal lambo di Sangiang baik besar maupun kecil rata-rata punya kecepatan tinggi menjadi salah satu moda transportasi laut. Jadi, jauh sebelum Presiden Joko Widodo mencanangkan program Tol Laut, orang-orang Sangiang sudah bekerja menghubungkan Nusantara,” kata Ayang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com