SALATIGA, KOMPAS.com - Barisan tim CS Marchingblek Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga kompak mengenakan kostum serba hitam mengawali barisan Pawai Budaya Indonesian International Culture Festival (IICF) 2017, Sabtu (22/4/2017) siang. Disusul di belakangnya barisan 18 etnis yang menggunakan pakaian adat dari masing-masing daerah.
Ada pula lima partisipan internasional yang menambah semarak pembukaan perayaan keberagaman budaya di UKSW tersebut. Pawai yang mengular mencapai panjang hampir 2.000 meter ini pun menyedot perhatian warga kota Salatiga, kota yang sering dijuluki sebagai "Indonesia Mini" ini.
Jalan-jalan yang dilalui pawai ini yaitu mulai Jalan Diponegoro, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Langensuko, Jalan Moh. Yamin, Jalan Kartini dan Jalan Monginsidi dipadati oleh masyarakat yang ingin menyaksikan. Warna lain disajikan oleh peserta IICF tahun ini, tidak sekadar berjalan dengan menggunakan pakaian adat masing-masing, tetapi mereka juga membawa serta miniatur rumah adat dan mengenalkan tarian tradisional kepada warga Salatiga.
Tarian penyambutan di salah satu titik yang menjadi pusat perhatian warga adalah Bundaran kaloka, karena di lokasi ini para peserta IICF unjuk kebolehan menampilkan tarian tradisional dari daerah masing-masing.
Mahasiswa yang tergabung dalam etnis jawa misalnya membawakan tari Sesonderan untuk ditampilkan. Tiga penari dengan menggunakan pakaian bernuansa merah muda, kuning, dan merah tampil luwes menarikan tarian penyambutan tamu dari Malang, Jawa Timur ini.
Tak mau kalah, mahasiswa dari Maluku tampil apik membawakan tarian cakalele atau tarian perang tradisional yang biasanya ditarikan untuk menyambut tamu maupun perayaan adat. Tarian ini ditarikan oleh belasan penari pria yang mengenakan kostum didominasi warna merah serta memakai penutup kepala warna merah yang disisipi bulu putih.
Sementara itu, di titik lainnya, setiap etnis memperkenalkan miniatur rumah adat seperti rumah adat Baileo dari Maluku, Tongkonan dari Toraja, Rumah Bolon dari Batak Toba, Siwaluh Jabu dari Batak Karo, Rumah Honai dari Papua, Joglo dari Jawa dan masih banyak lainnya. Seluruh miniatur tersebut, disusun oleh mahasiswa etnis sehingga tampak apik menyerupai aslinya.
Pawai Budaya IICF tahun ini turut dimeriahkan oleh Drumblek Gadalisa, Drumblek Gareng, serta Salatiga Etnic Batik Carnival (SEBC). Pawai Budaya IICF dibuka secara resmi oleh Pj Walikota Salatiga Ahmad Rofai, didampingi Rektor UKSW Prof. Dr (H.C) Pdt. John A. Titaley, Th.D, Pembantu Rektor IV Martha Nandari S. Handoko, MA, Kapolres Salatiga, AKBP Happy Perdana Yudianto, serta Komandan Kodim 0714/Salatiga Letkol Asjur Bahasoan.
Melalui sambutannya, Ahmad Rofai berharap pesta keragaman budaya di kampus UKSW ini dapat selaras dengan dengan kota Salatiga yang masyarakatnya juga terdiri dari multietnis dan agama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.