BANJARMASIN, KOMPAS.com - Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan memiliki salah satu destinasi wisata unik yang menjadi ciri khas kota tersebut. Namanya pasar terapung.
Di pasar terapung, penjual menggunakan perahu yang dipenuhi beragam sayuran, buah-buahan, makanan tradisional hingga suvenir menjajakan dagangannya kepada pembeli yang sama-sama menggunakan perahu.
Kalau belanja dan transaksi di darat itu sudah biasa.
Tapi di Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, transaksi terjadi di tengah Sungai Martapura. Penjual dan pembeli sama-sama digoyang riak sungai.
Untuk melihat langsung kehidupan pasar terapung di Lok Baintan, wisatawan harus berangkat sebelum matahari terbit. Pasar terapung ini beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 08.00.
Meski meleset dari jadwal keberangkatan, Rabu (26/4/2017) pukul 05.30 kami baru meninggalkan POP! Hotel Banjarmasin menggunakan bus sedang menuju Warung Soto Bang Amat di tepi Sungai Martapura. Soto Bang Amat dikenal menjual soto banjar, makanan khas Banjarmasin.
Perahu kelotok sudah siap di samping warung. Badrudin, pemilik perahu kelotok membantu penumpang naik satu per satu ke perahunya.
Mesin perahu berderu. Perlahan-lahan mulai menuju arah Lok Baintan. Penumpang berpencar. Ada yang memilih duduk di dalam. Ada juga yang langsung naik ke atap perahu untuk mendapatkan suasana berbeda, merasakan udara pagi bumi Kalimantan.
Ketika matahari mulai menampakkan diri, rumah-rumah warga di tepi Sungai Martapura pun semakin terlihat jelas. Air sungai berwarna coklat terlihat bergelombang diterobos perahu kelotok.
Pagi itu, warga terlihat mencuci pakaian, mencuci piring, bahkan menggosok gigi menggunakan air Sungai Martapura.
Setelah 40 menit berlalu, perahu kelotok mendekati Lok Baintan. Puluhan perahu penuh sayuran, buah-buahan, kue-kue khas Banjar, sampai pedagang minuman mendekati perahu kelotok kami.
Para pedagang menggunakan perahu yang kebanyakan ibu-ibu secara agresif langsung menjajakan dagangannya.
Sementara perahu di sebelah tak kalah nyaring. "Minum kopi pak, bu. Mau kopi?" katanya menawarkan.
Waktu terus berjalan. Perahu kelotok membawa rombongan wisatawan semakin bertambah ke Lok Baintan. Jumlah pedagang pun tak kalah banyak. Mereka menawarkan hal serupa kepada penumpang perahu kelotok lainnya.
Ada perahu penuh buah seperti pisang, jeruk, srikaya, mangga. Sebelahnya perahu penuh sayuran ditambah buah, kue-kue Banjar seperti apem, kue cincin serta barang kerajinan yakni topi khas Kalimantan.
Bahkan ada juga perahu menjual kebutuhan dapur seperti cabai, tomat dan sebagainya.
Harga jeruk 10 biji Rp 30.000, tiga sisir pisang mauli Rp 15.000, sirsak Rp 20.000, cabai Rp 30.000 per 1 liter, keladi Rp 5.000, kue cincin dan kue lainnya dijual Rp 2.000, topi anyaman ukuran kecil Rp 15.000 (dua topi), topi ukuran besar Rp 10.000.
Untuk melihat langsung kehidupan pasar terapung di Lok Baintan, wisatawan bisa menggunakan perahu kelotok dari Warung Soto Bang Amat.
Badrudin mematok harga Rp 350.000 per rombongan untuk satu perahu yang memiliki daya tampung sampai 20 orang. Harga tersebut untuk rute Warung Soto Bang Amat-Lok Baintan-Warung Soto Bang Amat.
Cobalah minum kopi ditemani kue cincin atau kue apem di perahu kelotok di Sungai Martapura, pasti memiliki suasana beda jika melakukan hal tersebut di darat.
"Mari pak, bu, jeruknya. Ini ada mangga, bisa dikupasin." Tawaran itu kembali lagi terdengar...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.