Para pedagang menggunakan perahu yang kebanyakan ibu-ibu secara agresif langsung menjajakan dagangannya.
"Ayo pak. Ini jeruk. Manis pak. Saya kupasin ya," seru salah satu penjual buah-buahan sembari tangannya tetap mendayung.
Sementara perahu di sebelah tak kalah nyaring. "Minum kopi pak, bu. Mau kopi?" katanya menawarkan.
Waktu terus berjalan. Perahu kelotok membawa rombongan wisatawan semakin bertambah ke Lok Baintan. Jumlah pedagang pun tak kalah banyak. Mereka menawarkan hal serupa kepada penumpang perahu kelotok lainnya.
Ada perahu penuh buah seperti pisang, jeruk, srikaya, mangga. Sebelahnya perahu penuh sayuran ditambah buah, kue-kue Banjar seperti apem, kue cincin serta barang kerajinan yakni topi khas Kalimantan.
Bahkan ada juga perahu menjual kebutuhan dapur seperti cabai, tomat dan sebagainya.
Harga jeruk 10 biji Rp 30.000, tiga sisir pisang mauli Rp 15.000, sirsak Rp 20.000, cabai Rp 30.000 per 1 liter, keladi Rp 5.000, kue cincin dan kue lainnya dijual Rp 2.000, topi anyaman ukuran kecil Rp 15.000 (dua topi), topi ukuran besar Rp 10.000.
Untuk melihat langsung kehidupan pasar terapung di Lok Baintan, wisatawan bisa menggunakan perahu kelotok dari Warung Soto Bang Amat.
Badrudin mematok harga Rp 350.000 per rombongan untuk satu perahu yang memiliki daya tampung sampai 20 orang. Harga tersebut untuk rute Warung Soto Bang Amat-Lok Baintan-Warung Soto Bang Amat.
Cobalah minum kopi ditemani kue cincin atau kue apem di perahu kelotok di Sungai Martapura, pasti memiliki suasana beda jika melakukan hal tersebut di darat.
"Mari pak, bu, jeruknya. Ini ada mangga, bisa dikupasin." Tawaran itu kembali lagi terdengar...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.