Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karnoto, Wajah Kemajemukan Lasem

Kompas.com - 08/05/2017, 08:06 WIB

Karnoto mengaku, mementaskan kisah kepahlawanan Lasem merupakan pengalaman pertamanya menggarap drama tari.

Gus Zaim-lah yang mendorongnya untuk berani menggarap kisah kepahlawanan itu sebagai wujud nyata bahwa di Lasem ada sejarah dengan wajah kemajemukan, persaudaraan antaretnis yang sudah lama terjalin. Tak hanya dalam bermasyarakat, malah sampai perjuangan bersama melawan Belanda.

Keluarga seniman

Lahir dari keluarga seniman Jawa, Karnoto sejak kecil sudah akrab dengan karawitan dan seni tari. Ayahnya, Suyoto, adalah seniman karawitan tersohor pada era 1940-an sebagai pemain wayang orang dan pengrawit gamelan.

Selepas lulus sekolah guru, dia tidak hanya mengajar di sekolah dasar. Karnoto sudah biasa ikut grup wayang orang. Tugasnya bukan hanya sebagai pemain, melainkan juga pengrawit.

Karnoto dikenal sebagai tukang kendang andal. Tepukan kendangnya sangat disukai oleh banyak kalangan, terutama warga Tionghoa.

”Jadi pemain kendang itu merupakan hobi lahiriah saya. Sehari-hari saya guru, mengajar di sekolah dasar. Biasanya setelah selesai mengajar, kalau ada tanggapan untuk main, saya ikut saja,” ujar Karnoto.

Lasem, kota kecamatan sekitar 12 kilometer arah timur Kota Rembang, yang dikenal sebagai Tiongkok Kecil ini, memang sarat dengan budaya campuran Tionghoa dan Jawa.

Kota ini bahkan diyakini pernah menjadi bandar pelabuhan besar semasa awal abad ke-14, tempat kedatangan warga Tionghoa kali pertama di Jawa. Orang-orang Tionghoa dengan kelihaiannya berdagang dan menjadi saudagar juga menggemari kesenian Jawa.

Dalam percampuran budaya itulah kehidupan kesenian Karnoto juga berkembang dalam kemajemukan. Melalui tradisi seni, Karnoto mudah sekali menembus batas sekat etnis untuk masuk dalam pergaulan kalangan warga Tionghoa.

Sudah lazim, tradisi ritual sembahyangan kalangan warga Tionghoa selalu juga disertai tampilnya pentas musik gamelan karawitan.

Sebagai guru seni, Karnoto mengajar pula kegiatan ekstrakurikuler seni tari di Sekolah Dasar (SD) Wijaya Kusuma Lasem. Ini sekolah di kawasan pecinan yang murid-muridnya, kala itu, kebanyakan keturunan warga Tionghoa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com