“Ketannya dicuci, direndam selama tiga jam, dicampur kelapa dan garam sebelum dikukus dua jam lebih. Kalau gak ahlinya bikinnya susah, susah mencari tekstur dan campuran yang pas,” ujar Suti (57), yang merupakan generasi kedua Jadah Mbah Karto kepada KompasTravel, Sabtu (22/4/2017).
Jadah Mbah Karto sendiri merupakan salah satu kedai yang pertama menjual hidangan ini. Suti mengatakan keluarganya telah menjual jadah lebih dari 70 tahun yang lalu.
Hingga saat ini, jadah yang dihasilkan masih dari tangan Mbah Karto langsung. Di usianya yang berkepala sembilan, ia hanya membuat jadah ketan di dapur, tanpa membantu berjualan.
“Keasliannya masih terjaga, dibuat langsung sama mbah. Sampai sekarang masih terus diwariskan proses pembuatannya pelan-pelan,” ungkap Suti.
Kedai ini ramai dikunjungi wisatawan di siang hari, jam makan siang. Anda bisa menyantapnya di kedai yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Saloko, Selo, Boyolali, bersama ragam lauk seperti tempe bacem, ayam kecap dan lainnya.
Bisa juga menjadi buah tangan dengan harga Rp 20.000 satu kotak berisi sembilan potong jadah lengkap dengan bumbu kelapa atau serondengnya.
Selain jadi makanan pokok, di sore hari jadah ini biasa menjadi teman segelas kopi atau teh, cocok untuk menemani hawa dingin pegunungan Merapi dan Merbabu di Selo.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.