LUMAJANG, KOMPAS.com - Suhu dingin pagi itu (11/4/2017) di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur serasa menghujam tulang. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 04.00 WIB. Berbekal jaket tiga lapis, saya beranjak dari kamar menuju teras homestay.
"Ayo dipilih ojeknya. Terserah sama siapa saja. Nanti kita langsung berangkat," kata salah seorang pengojek saat menjemput saya bersama rekan-rekan jurnalis di homestay.
Mesin motor dinyalakan. Dalam sekejap suasana sunyi Desa Argosari berubah. Suara raungan knalpot dari motor-motor pengojek langsung meramaikan sepanjang jalan.
BACA: Serunya Menjelajahi Dasar Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang
Hari masih gelap. Hanya lampu motor yang menerangi jalan setapak. Jurang-jurang bukit nan terjal masih belum terlihat. Namun, para pengojek yang mengantarkan kami tak terlihat ragu sedikit pun.
"Sudah biasa mas sama jalannya. Hafal juga," kata pengojek yang memboncengi saya.
Tak perlu waktu lama untuk bermanuver di medan tanah yang meliuk-meliuk dan diterpa udara dingin. Hanya dalam hitungan waktu 10 menit, saya tiba di pelataran parkir yang berjarak sekitar 150 meter dari Puncak B29.
BACA: Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang, Niagara-nya Indonesia
Belum selesai perjuangan untuk mendapatkan titik terbaik melihat matahari terbit. Perjalanan mesti dilanjutkan dengan mendaki medan tanah yang cukup menanjak sekitar 100 meter. Dengan sisa-sisa tenaga ketika mendaki, saya tiba sekitar pukul 04.50 WIB.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.