(BACA: Desaku Menanti Jadi Kampung Wisata Topeng di Malang)
Selain itu, pemerintah desa setempat lantas mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mewadahi pembentukan destinasi wisata tersebut.
“Sebenarnya kami inginnya teman-teman pemuda Pujon Kidul tidak kerja ke luar daerah. Juga untuk mengurangi kenakalan remaja di lingkungan ini dengan wadah kegiatan seperti ini,” katanya.
Saat ini, sudah ada 55 pemuda desa yang diberdayakan untuk bekerja di kafe tersebut. Rata- rata, para pemuda itu putus sekolah. Ada yang putus sekolah sejak Sekolah Dasar (SD) dan ada juga yang putus sekolah sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Rata-rata karyawan kita usia labil dan mereka anak-anak putus sekolah,” katanya.
Selain itu, juga ada 20 tim dari kelompok tani dan kelompok peternak yang diberdayakan dengan menjadi pemandu wisata (guide). Alasannya, banyaknya kunjungan wisatawan menjadikan desa itu sebagai desa wisata.
Selain Kafe Sawah yang menjadi destinasi utama, juga terdapat wisata edukasi peternakan dan pertanian.
Menurut Badur, sejak Nopember 2016 hingga akhir April 2017, kunjungan wisatawan sudah mencapai 172.000 wisatawan. Sebanyak 60 persen wisatawan lokal Jawa Timur dan sisanya dari luar daerah. “Sisanya yang luar daerah kebanyakan dari Jakarta,” jelasnya.
Saat ini, kunjungan wisatawan per hari terus meningkat. Jika akhir pekan dan hari libur, kunjungan wisatawan mencapai 4.000 hingga 5.000 orang per hari. Sementara pada hari biasa mencapai 500 hingga 600 orang.
Untuk menu yang tersedia, ada minuman jahe dan susu yang bahannya dari hasil masyarakat lokal. Juga terdapat kopi yang bahannya diambil dari Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Untuk makanan, ada nasi jagung dan nasi ampok atau jagung yang dihaluskan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.