Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Manisan Terlarang dari Korea

Kompas.com - 24/05/2017, 16:03 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Bicara soal makanan Korea, mungkin Anda sudah mengenal beberapa di antaranya. Sebut saja bibimpap dan bulgogi. Namun pernahkah Anda mendengar tentang hangwa?

Hangwa adalah kue tradisional Korea yang terbuat dari tepung, madu, dan minyak. Menurut sejarah, ada 254 jenis hangwa yang pernah diciptakan. Namun, hanya beberapa jenis yang mampu bertahan hingga kini.

Tiga jenis hangwa yang paling umum ditemukan adalah yakgwa, yugwa, dan dasik.

Pada awalnya, yakgwa atau yumilgwa dibuat khusus untuk keluarga kerajaan. Bahan dasar dari kue ini adalah tepung, minyak, dan madu yang kemudian dicetak menjadi bentuk bunga dan digoreng. 

KOMPAS.COM/SHIERINE WIBAWA Yakgwa.

Panganan tersebut kemudian diolesi dengan madu dan ditaburi dengan kayu manis. Yakgwa memiliki rasa yang manis dan tekstur yang kenyal. 

Sebaliknya, yugwa dibuat dan dikonsumsi oleh rakyat jelata. Kue ini membutuhkan waktu sekitar sebulan untuk difermentasi dan dipercaya menyehatkan. Karena dibuat melalui proses pengukusan dan penggorengan, yugwa memiliki lapisan luar yang renyah dan lapisan dalam yang sangat lembut.

Sementara itu, dasik yang secara harafiah berarti makanan teh adalah kue yang diciptakan untuk dinikmati bersama teh. Dasik umumnya berukuran cukup kecil untuk bisa dimakan sekaligus dan terbuat dari tepung pinus yang melambangkan umur panjang. Hiasan pada dasik juga sangat beragam dan mengikuti tren pada zamannya.

KOMPAS.COM/SHIERINE WIBAWA Yugwa.

Berdasarkan catatan yang ada, hangwa pertama kali dimakan oleh keluarga kerajaan pada abad ke-7 sebagai pengganti buah yang sulit ditemukan pada musim dingin. Hangwa pada masa ini dibuat dari beras dan dibentuk menyerupai buah.

Memasuki abad ke-9, hangwa berkembang menjadi berbagai macam bentuk dan menjadi kesukaan banyak orang.

Namun, pemerintah Korea pada masa tersebut menjadi khawatir ketika melihat obsesi masyarakat Korea terhadap hangwa dan mengeluarkan larangan terhadap kudapan manis tersebut demi melindungi bahan-bahan dasarnya. 

Sejak abad ke-14, Hangwa tidak lagi dikhususkan untuk raja atau jamuan penting. Masyarakat Korea pada umumnya diperbolehkan untuk membuat dan memakan hangwa sebagai kudapan. 

KOMPAS.COM/SHIERINE WIBAWA Kain ini secara tradisional digunakan untuk membungkus hangwa ketika dihadiahkan kepada orang lain.

Namun, sayangnya popularitas hangwa tergerus zaman. Bersama dengan masuknya pengaruh dari luar negeri, masyarakat Korea pun berpaling dari hangwa dan lebih memilih untuk mengonsumsi kudapan manis tersedia di supermarket modern.

Untuk itu, sebuah museum hangwa di Pocheon, Korea Selatan pun menjadikan hal ini sebagai misinya.

Walaupun baru dibuka pada tahun 2008 oleh pakar hangwa Kim Gyu Heun, Hangaone (baca: hangawon) atau Hangwa Culture Center adalah museum kue tradisional Korea pertama di negara tersebut.

KOMPAS.COM/SHIERINE WIBAWA 100 di antara 254 macam hangwa ditampilkan di Hangaone.

Di sini pengunjung tidak hanya akan belajar mengenai sejarah hangwa, tetapi juga mengenal berbagai jenis dan cara pembuatan hangwa beserta dengan tradisi dan filosofi yang berada di baliknya.

Hangaone dibuka untuk umum dari hari Selasa sampai Minggu pada pukul 10:00 hingga 17:00. Akan tetapi, karena satu sesi tur berlangsung selama satu jam, museum ini hanya menerima tamu hingga pukul 16:00. 

Biaya masuk untuk museum ini adalah 2.000 won untuk orang dewasa, 1500 won untuk usia 8 hingga 19 tahun, dan 800 won untuk 5 hingga 8 tahun.

Untuk mencapai Hangaone, Anda bisa menaiki bus ke Uncheon dari terminal Dong Seoul. Waktu perjalanan sekitar dua jam. Setelah mencapai Uncheon, Anda punya tiga pilihan, naik City Bus 71 selama 10 menit ke arah Sanjeongho Lake dan turun di Hangaone, jalan kaki selama lima menit, atau naik taksi selama lima menit hingga mencapai Hangaone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com