Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Cicipi Makanan Dicampur Tanaman Liar di Kulon Progo

Kompas.com - 25/05/2017, 13:05 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tenang dan nyaman menjadi kesan pertama Kompas.com menyambangi Pedukuhan Salak Malang, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (24/5/2017).

Pedukuhan yang berada di kecamatan paling utara di Kabupaten Kulon Progo itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Kalibawang dengan Kabupaten Magelang.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, sebaiknya juga menyambangi pedukuhan ini yang menawarkan wisata edukasi.

Alasannya pedukuhan Salak Malang ini menjadi tempat Kelompok Wanita Tani (KWT) Pawon Gendis memproduksi camilan yang dicampur daun pegagan.

(BACA: Ayunan Langit, Destinasi Wisata Pemacu Adrenalin di Kulon Progo)

Selain itu, puluhan wanita yang tergabung dalam KWT Pawon Gendis dan sebagian warga Pedukuhan Salak Malang ini menanam daun pegagan di halaman rumahnya.

Maka dari itu jangan heran, jika banyak melihat pot atau polybag yang ditanami pegagan di halaman milik warga. Mereka menanam daun pegagan untuk diproduksi menjadi bahan makanan yang dikelola KWT Pawon Gendis.

Tak hanya wisata edukasi yang ditawarkan pedukuhan ini, melainkan juga wisata kuliner. Wisatawan yang berkunjung bisa mencicipi kuliner yang ada di pinggir jalan pedukuhan.

KOMPAS.com/TEUKU MUH GUCI S Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Pawon Gendis, Dwi Martuti Rahayu (34), memamerkan produk makanan olahan dari daun pegagan di Pedukuhan Salak Malang, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogakarta, Rabu (24/5/2017).
Pantauan Kompas.com, ada gerai yang menjual bubur ayam, soto, lotek, es dawet, mi goreng, kupat tahu, dan nasi goreng. Akan tetapi, makanan yang dijual itu tidak seperti biasanya.

Makanan yang dijual pedagang kaki lima pada umumnya itu dicampur daun pegagan. Ya, para pedagang menjadikan daun pengagan sebagai bahan utama atau bahan pelengkap makanan yang dijualnya.

(BACA: Yuk, Coba Es Dawet Legendaris Langganan Jokowi di Pasar Gede Solo)

Dawet misalnya, cendolnya terbuat dari campuran tepung tapioka dan daun pegagan. Harga makanan yang dijual di gerai-gerai tersebut sangat terjangkau, mulai dari Rp 3.500 sampai Rp 15.000.

Belakangan diketahui, gerai-gerai itu merupakan binaan KWT Pawon Gendis. Penjualnya pun merupakan anggota KWT Pawon Gendis. "Memang pedukuhan ini sedang dalam proses untuk menuju kampung wisata," kata Ketua KWT Pawon Gendis, Dwi Martuti Rahayu (34).

Tuti, panggilan akrabnya, mengatakan, bukan tanpa alasan Pedukuhan Salak Malang diarahkan untuk menjadi kampung wisata. Sebab Pedukuhan Salak Malang kemungkinan besar akan dilalui jalan tol yang terhubung langsung dengan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

"Saya juga siapkan 'kandang pegagan'. Saya rubah kandang sapi seperti tempat kumpul. Nanti menunya dari gerai-gerai yang ada di pinggir jalan. Saya juga buat menu minuman yang bahannya dari pegagan seperti milkshake, burger, roti bakar, latte," ujar Tuti.

Ke depan, menurut Tuti, sejumlah rumah warga juga akan dimanfaatkan menjadi homestay. Setiap pengunjung yang menginap bisa mencoba bagaimana rasanya menjadi warga yang tinggal di pedukuhan.

KOMPAS.com/TEUKU MUH GUCI S Penjual Lotek Pegagan, Sri Agus (55) di kiosnya di Pedukuhan Salak Malang, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (24/5/2017).
"Jadi rumah yang disiapkan apa adanya tidak ditambah-tambah. Cuma dari segi kebersihan memang lebih diperhatikan. Makanan yang disiapkan di homestay itu juga apa adanya. Tidak menu yang aneh-aneh," kata Tuti seraya menyebut rencana pedukuhan wisata itu sudah bisa dimulai sebelum Lebaran tahun ini.

Seorang penjual lotek, Sri Agus (55), mengatakan, dirinya memadukan sayur bayam dan daun pegagan untuk memberikan sensani yang berbeda ketika menyantapnya.

Uniknya, daun pegagan yang menjadi bahan utama lotek itu dipetik langsung dari pot. Setiap daun pegagan yang dipetik langsung dicuci Sri sebelum dicampur menjadi satu dengan bayam dan sambal kacang.

"Syukur pembelinya juga banyak dari wilayah sini (Kalibawang). Tapi ada juga yang dari Sleman, Yogyakarta, sampai Kudus juga ada. Mereka biasanya kalau mau beli kirim pesan singkat dulu. Mereka tahu setelah pernah berkunjung ke sini," kata Sri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com