Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugderan, Pesta Budaya di Semarang Sambut Bulan Ramadhan

Kompas.com - 26/05/2017, 16:04 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Pesta menyambut kehadiran bulan Ramadhan di Kota Semarang, Jawa Tengah dilakukan dengan gelaran budaya. Kota lumpia itu menyelenggarakan pesta budaya bernama Dugderan.

Ribuan orang warga Semarang datang dan menyaksikan pesta itu. Warga Semarang larut dalam kegiatan budaya yang dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Dalam acara budaya ini, Hendrar juga memakai kostum Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat.

Dugderan dimulai pada Kamis (25/5/2017) siang kemarin, start dari Balaikota Semarang, menuju Masjid Agung Kauman.

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Prosesi dugderan saat sampai di Masjid Agung Jawa Tengah, Kamis (25/5/2017). Ribuan warga Semarang mengikuti jalannya prosesi karnaval dugderan. Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.
Ribuan warga Semarang memadati dan mengikuti jalannya prosesi karnaval dugderan ini. Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.

Hendrar Prihadi mengatakan, dugderan adalah acara budaya yang digelar khusus menyambut bulan Ramadhan. Tahun ini, dugderan digelar dengan tajuk “Meneguhkan Hati Warga Semarang, Menuju Semarang Hebat.”

Dugderan dimanfaatkan oleh Wali Kota Semarang untuk mengajak warganya berpartisipasi dalam pembangunan daerah.

“Saya sampaikan, mari bersama-sama melakukan percepatan pembangunan sesuai kemampuan masing-masing. Pemerintah saja tidak bisa cepat membangun kota ini,” katanya.

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama istrinya Krisseptiana menaiki bendi menuju Masjid Agung Kauman dalam prosesi Karnaval Dugderan, Kamis (25/5/2017).
Hendrar mengingatkan warganya agar bisa berkontribusi membangun Semarang. Semarang telah memberikan nafas, kehidupan, sekolah, serta pekerjaan.

“Jadi gak perlu tanya apa yang Semarang sudah yang berikan ke saya, tapi apa yang sudah kita berikan ke Semarang. Konsep ini akan kita lakukan terus menerus, agar bisa melakukan kegiatan partisipatif sebagaimana kampung tematik,” ucapnya.

Dengan kontribusi warga Semarang, Hendrar yakin pembangunan kota akan lebih bergeliat.

“Semarang ini tempat sorotan warga di luar Semarang datang untuk berinvestasi, wisata. Ini ujungnya pasti pembangunan tidak berdasar APBD, tapi pembangunan juga sudah melalui swasta,” harapnya.

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Dugderan saat memasuki halaman Masjid Agung Jawa Tengah, Kamis (25/5/2017). Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.
Suhuf Halaqah

Di Masjid Kauman, ada prosesi utama dalam tradisi dugderan ini, yaitu penyerahan Suhuf Halaqah.

Para tokoh ulama dari Masjid Agung Kauman memberikan suhuf itu kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat, dalam hal ini Wali kota Semarang untuk dibacakan kepada seluruh warga Kota Semarang.

Seusai suhuf dibacakan, kemudian dilanjutkan dengan pemukulan bedug, yang disertai suara meriam. Dua istilah itu yang kemudian dikenal dugderan.

Seusai prosesi itu, makanan khas Semarang Ranjel Rel dibagikan kepada warga sekitar. Seusai di Masjid Kauman, rombongan kemudian menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) melalui Jalan Kartini.

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi membacakan suhuf halaqah di Masjid Agung Kauman, Kamis 925/5/2017). Ribuan warga Semarang mengikuti jalannya prosesi karnaval dugderan ini. Karnaval dimulai dari halaman Balaikota pukul 13.00 WIB, kemudian melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang, dan berakhir di Jalan Kolonel Sugiyono.
Di MAJT, Suhuf Halaqoh diserahkan kepada Raden Mas Tumenggung Probohadikusuma untuk diumumkan kepada seluruh warga Jawa Tengah.

Dugderan sendiri telah digelar rutin sejak tahun 1881. Karnaval budaya selalu berhasil menarik animo warga. Kegiatan itu juga bentuk guyub rukun dan kesatuan warganya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com