Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/05/2017, 03:06 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Orang atau suku betawi mungkin sangat identik dengan orang yang mendiami Jakarta sejak dulu. Namun, jauh sebelum itu, ternyata ada banyak suku yang mendiami Batavia.

Bermula pada tahun 1619 saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten dan mengganti namanya menjadi "Batavia" (sekarang Jakarta). Kerajaan Mataram Islam yang tidak terima, membuat mereka menyerang VOC ke Batavia mulai tahun 1626 dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

“Ini yang sekarang disebut Matraman, karena dulu jadi base camp pertahanan Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan siap-siapnya di Paseban, tempat kumpul raja dan rakyat sebelum menyerbu Batavia,” kata Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia saat dihubungi KompasTravel, Sabtu (27/5/2017).

Alhasil VOC pun menerapkan peraturan bagi pribumi. Sejak 1688 pasca penyerangan itu, pribumi dari berbagai etnis yang didatangkan ke Batavia dikelompokkan di beberapa tempat. Satu etnis dikhususkan di satu tempat terluar dari Batavia.

“Kerajaan pribumi dengan VOC zaman dulu biasa jual-beli budak untuk kerja, apalagi untuk yang kalah perang, tawanannya harus menjadi budak yang menang. Ada dari kerajaan Bali, Banda, dan timur Indonesia lainnya,” ujar Kartum, pemerhati sejarah yang juga pendiri Komunitas Jelajah Budaya saat dihubungi KompasTravel, Kamis (25/5/2017).

BACA: Ternyata Ini Profesi Leluhur di Kampung Melayu Jakarta

Sedangkan kedatangan bangsa melayu sebagai leluhur masyarakat Kampung Melayu sendiri terdapat dua versi. Pertama bisa jadi sebagai pedangang yang datang ke Batavia. Kedua, bisa juga sebagai tawanan kalah perang antara Portugis yang ditaklukkan Belanda di Malaka.

“Kita harus memeriksa lagi kedatangan bangsa melayu ke Batavia itu kenapa, soalnya memang di sana ramai perdagangan. Tapi jangan lupa Portugis yang menguasai Malaka juga ditaklukkan saat itu oleh Belanda sebelum menyarbu Batavia,” Kata Asep Kambali.

Dari sanalah berbagai etnis tersebut mulai meramaikan pembangunan Batavia. Ada yang beraktivitas di bidang perdagangan, menjadi budak, maupun KNIL sebagai pembela VOC. Berbagai etnis kala itu ialah Melayu, Bali, Maluku, Tionghoa, dan Arab. Maka ditempatkanlah mereka di beberapa wilayah.

“Arab di Kampung Arab, Maluku ada Kampung Banda di utara, Tionghoa di Glodok, dan bagian selatan ada Kampung Melayu untuk etnis melayu. Itu di kawasan luar mengelilingi Batavia, belum Jakarta ya, karna beda luas kawasan antara Jayakarta, Batavia, dan Jakarta,” terang Asep Kambali.

BACA: Sejarah Terbentuknya Kampung Melayu di Jakarta

Asep menerangkan saat itu belum ada namanya Betawi. Baru pada 1799 saat VOC runtuh, sempat berganti ke periode Perancis, lalu masuk periode Daendels yakni 1808-1811. Sempat dipegang Inggris sampai 1816, barulah periode Hindia Belanda muncul kata Betawi.

“Saya kira kata betawi baru populer mulai 1800 akhir atau 1900 awal, terutama saat MH Thamrin membuat perkumpulan orang betawi. Inilah melting pot, pencampuran semua suku, ras, agama, dan budaya yang dulu telah ada di Batavia,” jelas Asep Kambali.

Dilihat dari etnisnya betawi merupakan gabungan Tionghoa, Arab, Melayu, Bali, hingga Indonesia bagian timur. Salah satunya terlihat dari adat pernikahan betawi, yang setengah pakaiannya merupakan adat Tionghoa dan Arab, lalu tarian melayu juga diaplikasi seperti tari zapin.

“Maka sah-sah saja kalau Kampung Melayu tak mau disebut orang betawi, karena mereka ada duluan, bahkan yang membentuk betawi. Tapi harus diingat, betawi juga akulturasi dari dari melayu di Batavia dulu,” ujar Asep.

Maka penyebutan panggilan untuk kawan di Kampung Melayu sedikit berbeda, jika biasanya ‘encang’ dan ‘encing’, di Kampung Melayu akrab dengan sapaan ‘pacik’ dan ‘macik’.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Libur Natal dan Tahun Baru 2024, Libur Long Weekend Masing-masing 3 Hari

Libur Natal dan Tahun Baru 2024, Libur Long Weekend Masing-masing 3 Hari

Travel Tips
5 Aturan Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Dilarang Menyentuh Karya Seni 

5 Aturan Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Dilarang Menyentuh Karya Seni 

Travel Tips
10 Kota Tua di Indonesia untuk Libur Akhir Tahun

10 Kota Tua di Indonesia untuk Libur Akhir Tahun

Jalan Jalan
Harga Tiket Pesawat dari Pangkalpinang Naik Jelang Akhir Tahun

Harga Tiket Pesawat dari Pangkalpinang Naik Jelang Akhir Tahun

Travel Update
5 Aktivitas di Umbul Sigedang-Kapilaler, Berenang sampai Outbound

5 Aktivitas di Umbul Sigedang-Kapilaler, Berenang sampai Outbound

Travel Tips
5 Aktivitas di MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Belajar Membuat Gerabah 

5 Aktivitas di MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Belajar Membuat Gerabah 

Jalan Jalan
Sejarah Jembatan Akar di Yogyakarta, Betulkan Usianya Ratusan Tahun?

Sejarah Jembatan Akar di Yogyakarta, Betulkan Usianya Ratusan Tahun?

Travel Update
Jadwal dan Tarif Kapal Feri Pelabuhan Harbour Bay Batam ke Puteri Harbour Malaysia, Desember 2023

Jadwal dan Tarif Kapal Feri Pelabuhan Harbour Bay Batam ke Puteri Harbour Malaysia, Desember 2023

Travel Update
Nikmati Musik dan Tari Tradisional di Parapuar Labuan Bajo, Pas untuk  Berakhir Pekan

Nikmati Musik dan Tari Tradisional di Parapuar Labuan Bajo, Pas untuk Berakhir Pekan

Travel Update
Wisata Dieng Tetap Buka Saat Libur Nataru 2024 

Wisata Dieng Tetap Buka Saat Libur Nataru 2024 

Travel Update
Target Kunjungan Turis Asing ke Indonesia 15 Juta Orang Tahun 2024, Ini Upaya Mencapainya

Target Kunjungan Turis Asing ke Indonesia 15 Juta Orang Tahun 2024, Ini Upaya Mencapainya

Travel Update
5 Hotel Dekat Stasiun Bandung, Bisa Jalan Kaki

5 Hotel Dekat Stasiun Bandung, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Masuk Gratis

Harga Tiket dan Jam Buka MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Masuk Gratis

Jalan Jalan
Umrah Mandiri Vs Umrah dengan Travel Agent, Pilih Mana?

Umrah Mandiri Vs Umrah dengan Travel Agent, Pilih Mana?

Travel Tips
Korea Selatan Berencana Bebaskan Biaya Visa Elektronik untuk Turis Indonesia

Korea Selatan Berencana Bebaskan Biaya Visa Elektronik untuk Turis Indonesia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com