Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maubesi dan Motadikin yang Menggoda

Kompas.com - 29/05/2017, 10:07 WIB

Sebagian kawasan delta Maubesi terkenal dengan buaya muara. Hampir setiap tahun ada kasus kematian warga lokal karena digigit buaya. Sejak 2006-2016, sebanyak 17 warga tewas akibat diserang buaya.

Tidak heran, jika pada pintu masuk Pantai Motadikin terdapat papan peringatan bertuliskan ”Sayangilah jiwa Anda. Waspadalah terhadap kehadiran buaya di sekitar Anda”.

Pemerintah Kabupaten Malaka menempatkan dua pawang buaya untuk menjaga pantai itu. Mereka adalah anggota staf Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka. Pawang buaya memiliki keterampilan khusus menghalau dan menjinakkan buaya.

Selama ini belum ada buaya yang memasuki kawasan Pantai Motadikin. Buaya biasanya ditemukan di luar kawasan pantai, terutama di wilayah muara Benanain.

Paul Manehat, salah satu tokoh adat Malaka, mengatakan, buaya merupakan jelmaan dari leluhur orang Timor. Buaya tidak menggigit orang sembarangan, kecuali mereka yang memiliki kesalahan seperti mencuri atau berbuat asusila terhadap anak gadis orang.

”Kadang anak-anak bermain dekat buaya, tetapi tidak mengganggu mereka. Buaya tahu anak-anak itu tidak berdosa. Mereka adalah anak cucu leluhur Timor yang menjelma dalam rupa buaya. Kepercayaan ini menyebar di seluruh daratan Pulau Timor. Pulau ini menyerupai seekor buaya sedang merayap,” kata Manehat.

Bibir Pantai Motadikin dengan pasir berwarna abu-abu kehitaman memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pantai ini terus menarik minat pengunjung.

Setiap hari libur dan sore hari, Motadikin dikunjungi penduduk lokal, terutama kaum muda. Mereka berolahraga, berenang, bernyanyi, bercengkerama, dan berlatih olahraga bela diri.

Wilayah perbatasan

Motadikin berada di kawasan Cagar Alam Maubesi. Sekitar 4 km arah timur Cagar Alam Maubesi terdapat garis batas negara Timor-Leste, tepatnya di Distrik Suai. Titik batas negara itu ditandai dengan Sungai Telus, cabang Sungai Benanain.

Embusan angin disertai percikan air laut membuat tubuh terasa sejuk dan nyaman. Jajaran pohon kelapa sepanjang pantai diselingi rimbunan pohon bakau dan pohon waru melengkapi keindahan panorama pantai. Namun, di musim hujan pantai tampak kurang terawat.

Pemkab Malaka memanfaatkan pantai itu untuk berbagai kegiatan, terutama pelantikan pejabat, seperti kepala desa, pimpinan SKPD, dan seminar yang diselenggarakan pemerintah.

Pemanfaatan Pantai Motadikin oleh pemda berlangsung sejak Malaka masih bergabung dengan kabupaten induk, yakni Belu. Malaka menjadi daerah otonom sejak 2013.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com