Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngabuburit Asyik Sambil Petik Labu Madu di Purbalingga

Kompas.com - 30/05/2017, 16:43 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Ada lagi destinasi unik bagi Anda yang ingin ngabuburit dengan suasana alam, sekaligus mencari menu buka puasa yang manis dan segar.

Berkunjung saja ke Kebun Holtikultura kelompok tani Bangkit Lestari, Desa Pekuncen, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah.

Selain indah untuk berfoto, di kebun itu pengunjung juga dapat memetik langsung pumpkins butternut atau dikenal dengan labu madu (Cucurbita Moschata) yang menjadi primadona.

Buah yang mulai populer dengan nama butternut squash ini memiliki bentuk seperti bola lampu atau kacang tanah.

Tak hanya manis dan lezat, butternut squash ternyata juga memiliki segudang manfaat, di antaranya serat yang tinggi, anti oksidan, beta karoten, vitamin A dan B kompleks.

Ada yang menyebut buah ini sangat baik jika digunakan sebagai makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu) untuk bayi.

(BACA: Petik Buah di Botania Garden Purbalingga)

Ketua Kelompok Tani Bangkit Lestari, Bambang Nuryono mengatakan, tingkat kemanisan buah ini akan semakin tinggi setelah buah disimpan minimal dua bulan. “Daya simpan buah juga lama, bisa mencapai enam bulan,” katanya, Selasa (30/5/2017).

Bambang mengungkapkan, kelompoknya mulai intens mengembangkan tanaman hortikultura sejak tahun 2015. Tanaman yang dikembangkan semula berupa melon hijau (green melon), kemudian variasi melon lainnya seperti melon kuning (golden melon).

“Mulai tahun 2017 kami mengembangkan pumpkins butternut dan ternyata hasilnya cukup bagus. Pangsa pasarnya juga tidak sulit. Konsumen rata-rata kalangan menengah ke atas,” kata laki-laki yang akrab disapa Yoyon ini.

Atas keberhasilan budidaya labu madu, Yoyon bersama teman-teman juga mencoba menggagas agrowisata petik buah labu.

“Jika di Purbalingga ada wisata petik buah jambu dan stroberi, kami mencoba mengembangkan agrowisata petik labu madu. Mungkin bentuknya yang unik dan belum banyak ditemui bisa menjadi daya tarik wisatawan,” kata Yoyon.

Realisasi pengembangan agrowisata petik buah labu madu memang sangat memungkinkan. Terlebih mengingat desa tersebut berada di sebelah Desa Wisata Limbasari yang dikenal dengan kampung batik dan petualangan air river tubing yang tak pernah sepi pengunjung.

Menurut Yoyon, harga paket wisata petik buah labu madu dapat dipatok sangat terjangkau. Pasalnya saat ini, kelompoknya baru menjual varietas buah dengan bentuk unik ini seharga Rp 20.000 per kilogram.

Harga ini sangat jauh di bawah harga di pasar modern ibu kota yang bisa mencapai Rp 50.000 sampai Rp 70.000 per kilogram.

“Untuk tahap awal, kami menyiapkan sejumlah spot untuk para pengunjung berfoto secara gratis. Bayar hanya jika mau membeli. Selain buah labu madu, di kebun kami juga ada labu kuning, labu hijau, dan tanaman holtikultura lainnya,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com