Samar-samar dari arah depan, sosok dengan sembilan ekor binatang itu jalan menurun hendak berpapasan dengannya.
Tak mau sinar headlamp-nya mengganggu pandangan, ia membengkokkan headlamp ke arah bawah.
Saat berpapasan itulah, jantungnya berdegup tak karuan, bulu roma berdiri saat melirik sejenak ke arah sosok tersebut.
"Gila, pas lihat wajahnya kok tak ada mata, hidung, dan mulut, pelat datar begitu," ungkapnya.
Berusaha tak panik, ia berusaha melanjutkan perjalanan tanpa pernah lagi menoleh kebelakang.
"Saya pernah dengar kata warga kampung dekat Klabat. Katanya kalau ketemu pria sudah agak tua dan tak ada wajahnya ketika melintas jalur pendakian mesti waspada. Biasanya itu pertanda bakal hilang di gunung. Tapi bersyukur saya tak mengalami itu," ungkapnya.
Saya pun masih bertanya-tanya, apalah ada hubungannya antara batu besar tempat sesajen, topi berlumut dan sejumlah kisah aneh ini? Ah... membingungkan.