Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Kebangkitan Labuan Bajo

Kompas.com - 01/06/2017, 13:18 WIB

Minim gagasan

Pemerhati masalah pariwisata dan lingkungan Manggarai Barat, Marsel Agot SVD, menilai, pemerintah daerah nyaris tidak memiliki ide dan kreativitas untuk mengembangkan pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya, termasuk menata kota agar lebih bersih dan apik.

Pemerintah cenderung membiarkan kondisi dan potensi yang ada berkembang secara alami.

”Selama ini kami belum melihat ada gagasan brilian dari pemerintah daerah untuk memajukan pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya. Lihat saja penataan kota sama sekali tak ada. Tempat makan hanya di Kampung Ujung. Itu pun tak tertata secara baik. Kemajuan saat ini sesungguhnya karena dipicu gerakan masyarakat melalui media massa dan media sosial,” ujar Agot.

Kota Labuan Bajo juga dibiarkan kering kerontang. Di sisi kiri dan kanan jalan tidak ditanami pohon. Padahal, pohon bukan semata-mata untuk penghijauan dan keindaan kota, melainkan juga menjadi tempat yang nyaman bagi pejalan kaki, terutama para turis yang suka jalan kaki dan bersepeda.

”Ini kota wisata, kota rekreasi. Seharusnya ditata sedemikian rupa sehingga menjadi kota yang nyaman, menyenangkan, dan memiliki daya tarik. Menjual pariwisata sama dengan menjual keindahan, kebersihan, kesopanan, keramahan, kenyamanan, dan kreativitas lokal,” tambah Agot.

Penilaian serupa ditegaskan Koordinator Komunitas Peduli Lingkungan dan Pariwisata Labuan Bajo Robert Kendy Diaz.

Dia menilai pemerintah pusat cukup agresif membangun Labuan Bajo di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Namun, semangat yang sama tak diikuti pemda setempat dalam menata dan membenahi wilayahnya.

Padahal, dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo, ada banyak peluang ekonomi yang bisa diraih warga setempat. Salah satu contoh adalah makanan lokal. Sejauh ini, potensi itu belum tergarap.

”Inilah sesungguhnya tugas dan kewajiban pemda. Jika peluang ini terlewatkan, cepat atau lambat, warga setempat hanya menjadi penonton di tengah kemajuan pariwisata Labuan Bajo,” ujarnya.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Permainan tete alu yang menuntut konsentrasi.
Data Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur menyebutkan, jumlah wisatawan ke Labuan Bajo terus meningkat. Pada tahun 2013, misalnya, hanya 32.442 orang, pada tahun 2014 meningkat menjadi 49.422 orang, tahun 2015 meningkat lagi menjadi 61.257 orang, dan tahun 2016 bertambah menjadi 83.712 orang.

Target tahun 2017 sebanyak 100.000 wisatawan. Setiap tahun perbandingan jumlah wisatawan lokal dengan mancanegara adalah 65:35.

Minim warga lokal

Dari total pendapatan asli daerah senilai Rp 75 miliar, sekitar Rp 37 miliar di antaranya berasal dari sektor pariwisata. Jumlah itu sesungguhnya masih tergolong kecil.

Jika pemda setempat serius menggarap, peluang PAD bakal lebih besar lagi. ”Kami khawatir, pemda merasa sudah bekerja banyak untuk mendukung pariwisata di daerah ini,” kata Robert.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com