Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Berkah" Tukang Masak dari Sapi-sapi Australia...

Kompas.com - 02/06/2017, 03:28 WIB
M Latief

Penulis

"Sebelum membuka peternakan ini tahun 1999, saya sudah lebih dulu menanam pohon di area peternakan. Sampai saat ini sudah 60.000 pohon saya tanam. Saya biarkan burung-burung datang, juga koala dan wombat meramaikan peternakan ini," ujar Paul.

Bagi Paul, menciptakan sistem lingkungan peternakan alami lebih penting dari pada beternak itu sendiri. Menanam 60.000 pohon bukan perkara enteng, tapi hasil jerih payah itu berbuah banyak untuk dirinya.

Ya, kini semakin banyak "Alejandro-alejandro" lainnya dari bermacam restoran atau hotel-hotel mewah terus berdatangan untuk memesan daging. Itu belum tercatat mereka ada di luar Australia alias minta diekspor.

"Daging lebih sehat karena semua yang dimakannya bersih dan alami. Sapi-sapi kami di sini juga tidak pernah stres, karena alam sendiri yang mengatur stres mereka, selain dokter-dokter kami yang sigap menangani," kata Paul yang kini memegang sertifikat "environmentally certified - sustainable beef" untuk peternakannya itu.

Pendapat Paul diperkuat oleh Bob Davie yang juga Direktur Gippsland Natural. Menanam ribuan pohon yang dilakukannya bersama Paul bukan sekadar untuk kesehatan si sapi, tapi juga kelangsungan alam di peternakan itu.

"Pohon-pohon lebat, dan rumput-rumput tumbuh subur. Semua itu untuk mengurangi emisi karbon dari kotoran sapi. Kami beternak bukan untuk hari ini saja, tapi untuk generasi berikutnya," kata Bob.

Berkah tersendiri

Simbiosis mutualisme antara pebisnis (restoran dan hotel) dan peternak sapi pemakan rumput di banyak pedesaan peternakan di Victoria memang erat. Kerja keras peternak menjaga alam peternakannya menghasilkan daging berkualitas, sementara hasil racikan si tukang masak makin mantap di lidah penikmat daging.

Seperti kata Alejandro, kualitas yang ia dapatkan dari petani atau peternak sapi seperti Paul adalah berkah tersendiri. Dan, berkah itu tak cuma milik mereka yang tinggal di Australia.

Ya, berdasarkan catatan Amelia Fyfield, Senior Trade Manager, Food and Fibre Department of Economic Development, Jobs, Transport, and Resources Negara bagian Victoria, sekitar seperempat ekspor produk makanan Australia berasal dari Victoria, dan daging sapi pakan rumput adalah andalannya.

Victoria tercatat sebagai eksportir nomor satu produk makanan dan serat Australia, dengan ekspor senilai 11,6 miliar dollar AS pada 2014-2015. Sektor ini mempekerjakan lebih dari 190.000 orang di seluruh negara bagian itu.

Lalu, dari produk pertanian dan peternakan di desa-desa di Victoria itu kemudian berkembang menjadi sajian kuliner yang mengesankan bukan saja di Australia sendiri, tapi juga dunia, termasuk Indonesia. Jakarta dan Denpasar, Bali, adalah dua pasar utamanya di Indonesia.

"Khusus grass-feed beef, Indonesia adalah pasar terbesar keempat setelah Amerika Serikat, China, dan Jepang. Sebagian besar restoran dan hotel di Indonesia, yaitu Jakarta dan Denpasar menawarkan Daging sapi di antara menu-menu makanan mereka," ujar Amelia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com