NATAS dan seluruh penghuni kampung adat Waru Wora, Desa Patialabawa, Kecamatan Lamboya, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (22/3/2017), sibuk menggelar hajatan besar, merenovasi rumah adat yang telah rusak dimakan usia.
Seluruh warga kampung secara sukarela bergotong-royong membantu Natas, memperbaiki rumahnya sejak pagi.
Bagi warga kampung adat di Sumba, rumah adat atau uma bokulu memiliki arti yang sangat sakral.
(BACA: Ayo ke Pulau Sumba...)
Oleh karena itu, membangun rumah ataupun merenovasinya harus dilakukan dengan prosesi adat yang dipimpin pemangku adat setempat.
Secara umum, setiap rumah memiliki tiga bagian, bawah, tengah, dan atas yang mencerminkan simbol harmonisasi alam.
Bagian bawah simbol tempat arwah, bagian tengah simbol kehidupan manusia, dan bagian atas tempat leluhur.
Sementara bagian atap difungsikan untuk menyimpan berbagai persediaan pangan atau parang. Bagian tengah difungsikan sebagai tempat tinggal yang disekat-sekat sebagai tempat tidur dan dapur.
Tidak semua bagian ruangan bisa dilewati atau ditinggali oleh perempuan ataupun laki-laki.
Untuk membangun rumah atau merenovasi rumah tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Bukan saja karena bahan baku membuat rumah yang sangat mahal, melainkan prosesi adat yang harus dilakukan membutuhkan biaya besar.
Untuk membangun satu rumah adat membutuhkan biaya mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Uma bokulu dibangun menggunakan tiga jenis kayu. Kayu mayela, kayu mata api, dan kayu nangka. Beberapa jenis pohon sudah langka ditemukan di Sumba, tak heran harganya menjadi sangat mahal.
Sementara untuk menjalankan prosesi adat, mereka harus menyediakan puluhan hewan sebagai seserahan ataupun untuk disembelih sebagai hidangan makan bersama. (Lucky Pransiska)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.