Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dhandhangan" dan Masjid Menara Kudus

Kompas.com - 06/06/2017, 22:38 WIB

SALAH satu yang khas pada bulan Ramadhan di Kota Kudus, Jawa Tengah, adalah tradisi dhandhangan yang konon sudah berlangsung sejak masa hidup Sunan Kudus atau era peralihan dari agama Hindu ke Islam.

Tradisi ini berawal dari pengikut Sunan Kudus saat menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Dhandhangan melibatkan sekitar 500 pedagang kecil yang memenuhi sekitar kompleks Masjid (Menara) Sunan Kudus, Jalan Sunan Kudus dan Simpang Tujuh. Mereka menjual makanan, minuman, dan berbagai barang kebutuhan lainnya (Kompas, Jumat, 25 Juli 1979).

Dulu, umumnya pengunjung adalah santri dari Kudus dan desa-desa di sekitarnya. Mereka datang ke masjid untuk mendengarkan pengumuman awal puasa dari Sunan Kudus dan menunggu beduk di masjid itu ditabuh sebagai penanda datangnya Ramadhan.

Ziarah

Makam Sunan Kudus yang berada satu kompleks dengan masjid Menara Kudus menjadi salah satu tujuan peziarah. Pada Ramadhan, jumlahnya ribuan orang per hari.

(BACA: Kapan Waktu yang Tepat Mengunjungi Menara Kudus?)

Demikian pula peziarah ke makam Sunan Muria yang terletak di Gunung Muria, sekitar 18 kilometer (km) dari Kota Kudus.

Sunan Kudus yang semula bernama Ja’far Sidiq atau Raden Undung adalah salah satu dari Wali Sanga, selain Sunan Muria.

Sunan Muria, yang dikenal dengan nama Raden Said atau Raden Umar Syaid, menikah dengan Dewi Soedjinah, kakak perempuan Sunan Kudus.

Mengutip Solichin Salam, pengarang buku agama Islam, Sunan Kudus dikenal sebagai wali yang memiliki banyak ilmu. Dia menguasai ilmu tauhid, hadis, tafsir, fikih, sampai sastra. Oleh karena itulah, Sunan Kudus juga disebut sebagai ”Waliyul Ilmi”.

(BACA: Soto Kerbau Khas Kudus Ini Selalu Bikin Kangen)

Saat menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus sangat berhati-hati karena masa itu masyarakat umumnya adalah pemeluk Hindu.

Salah satu contohnya, karena sapi adalah hewan yang dihormati pemeluk Hindu, Sunan Kudus yang memegang kendali pemerintahan di Kudus bisa memahaminya.

Penduduk Kudus pun umumnya tak makan daging sapi dan gantinya mereka mengonsumsi daging kerbau. Hal ini terus berlangsung sampai sekarang. Alhasil pindang, soto, dan sate daging kerbau justru menjadi salah satu kuliner khas Kudus.

KOMPAS/SUPRAPTO Seminggu sebelum bulan puasa, para pedagang memenuhi areal di seputar Masjid Menara di sepanjang Jalan Sunan Kudus, Alun-alun Simpang Tujuh, sekitar Jalan Achmad Yani, dan Jalan Pemuda untuk berjualan menyambut tradisi khusus umat Islam di Kudus yang disebut dhandangan, Senin (2/3/1992).
Menara Kudus yang berbahan baku bata merah memiliki bentuk yang mengingatkan orang pada candi. Setinggi 17 meter, menjadi ciri khas kompleks masjid dan makam Sunan Kudus.

Ada banyak kisah tentang sejarah Menara Kudus, antara lain menara itu bekas candi, tempat pembakaran jasad raja-raja masa Majapahit. Ada lagi yang beranggapan sebelum dibangun menara, lokasi itu adalah sumber air yang ditutup para wali.

Menara bergaya Hindu Jawa itu diperkirakan berdiri sekitar tahun 1549 dan mengalami renovasi pada 1685. Setelah itu, kompleks masjid Menara Kudus mengalami beberapa kali perbaikan, pada 1918, 1933, 1960, lalu pemugaran dengan anggaran tahun 1977 sampai 1979/1980.

Pemugaran juga dilakukan pada masjid Sunan Muria. Pemugaran yang menghabiskan dana Rp 17.586.000 itu dimulai Januari 1976.

Wajah asli masjid pun berubah menjadi bangunan modern, yang bisa menampung sekitar 500 anggota jemaah. Untuk mencapai masjid Sunan Muria, orang harus menaiki sekitar 568 anak tangga. (Chris Pudjiastuti)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juni 2017, di halaman 9 dengan judul ""Dhandhangan" dan Masjid Menara Kudus".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com