JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya mau beli bawang bombay. Tolong satu kilo bawang," ujar Sezai Zorlu, koki asal Turki seraya berbincang dengan pedagang sayur Pasar Santa, Jakarta, Senin (5/6/2017) lalu.
Ia tampak bersemangat sejak menuruni tangga pasar. Sezai langsung menuju ke penjual sayur lainnya untuk membeli jinten.
"Ini bukan jinten yang bagus," kata laki-laki berumur 43 tahun itu seusai menyesap wangi jinten yang ditaburkan oleh penjual di tangannya.
Sezai meninggalkan penjual jinten. Ia kembali menuju pelataran parkir Pasar Santa. Di sana, peralatan masak seperti kompor, wajan, dan beberapa bumbu memasak sudah menunggunya.
(BACA: 9 Makanan Khas Turki yang Patut Dicoba)
Selama di Pasar Santa ia tampak tak bingung dengan keadaan pasar. Ia berjalan dengan langkah cepat. Tak ada perasaan takut tersasar di pasar.
"Ketika ke pasar enak banget sih. Saya suka banget turun ke rakyat. Saya suka humanisme. Buat saya manusia adalah manusia," kata Sezai saat berbincang dengan KompasTravel.
(BACA: Kenapa Turis Indonesia Terpikat Pelesir ke Turki?)
Di samping singgasana masaknya, ada mobil-mobil yang terparkir. Orang-orang berlalu lalang. Sesekali mereka mampir melihat Sezai yang asyik mengaduk-ngaduk nasi yang ada di wajan.
"Saya senang jalan-jalan ke pasar cari ilmu karena kadang apa saja bisa dapat di pasar, di resto bintang lima gak dapat. Saya bisa makan di pinggir jalan, makan sate ayam. Yang penting enak," ujarnya.
Sezai di Indonesia kini berbisnis kuliner Turki. Ada Warung Turki di area Kemang dan Turkuaz di Gunawarman, Jakarta Selatan. Ia sendiri adalah pemilik kedua restoran bernafaskan Turki tersebut.
Kesukaannya pada pasar-pasar di Indonesia mulai terasa pada tahun 1999. Ketika itu ia pertama kali datang ke Pasar Tanah Abang.
“Pertama kali ke pasar di Indonesia itu di Tanah Abang itu takut. Banyak preman, turun dari mobil itu diminta duit. Itu cuma turun naik aja,” ujarnya.
Sezai waktu itu pergi bersama rekannya. Ketika ia dimintai uang oleh preman ia tentu kaget. Hal itu lantaran ia baru mengetahui suasana dan bahasa Indonesia.
“Saya sebagai orang bule itu dimintai duit. Saya cuma turun taksi padahal,” katanya bersemangat.
Namun, pengalaman itu tak membuatnya kapok pergi ke pasar. Sezai terus pergi ke pasar-pasar lain di Indonesia. Ia pergi untuk melihat suasana pasar, mencicipi kuliner, atau membeli bahan-bahan dan alat-alat memasak.
“Saya suka banget ke pasar. Istri saya belum pernah ke Pasar Senen sebelum saya ajak masuk tapi dia cuma duduk di mobil,” ungkap Sezai sambil tertawa.
Baginya, pasar di Indonesia adalah tentang rasa kemanusiaan. Sezai merasa pedagang-pedagang pasar di Indonesia sangat ramah dan sederhana. Saling bantu membantu dan adil dalam menjual ia dapatkan ketika berkunjung ke pasar.
"Pasar itu bisa jadi turis berwisata asal bisa dirapikan. Orang wisata ke Jakarta itu paling ke Kota Tua, Sunda Kelapa tapi itu bukan (mencerminkan) Indonesia. Pasar-pasar Indonesia itu bisa jadi pariwisata. Gak perlu dibongkar. Cuma perlu dibersihin dan jalan dirapihin," harap Sezai.
************************
Ingin mencoba wisata cruise gratis Singapura - Malaka - Singapura? Caranya gampang, ikuti kuis dari Omega Hotel Management di sini. Selamat mencoba!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.