JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan perang tarif hotel di Bali terjadi lantaran tidak seimbangnya rasio jumlah kamar dan jumlah wisatawan.
Menurutnya, fenomena perang tarif ini sudah terjadi sejak lima tahun yang lalu. Semenjak tiga tahun ke belakang, perang tarif hotel semakin memburuk.
"Akhir-akhir ini masalah tersebut makin memburuk sejalan dengan makin banyaknya wisatawan low budget, dan tidak seimbangannya antara supply dan demand. Pengelola hotel, tidak berdaya mendapat tekanan dari agen-agen luar (negeri), " kata laki-laki yang juga akrab disapa Cok Ace kepada KompasTravel, Rabu (7/6/2017).
(BACA: Perang Tarif Hotel di Bali Mengkhawatirkan)
Menurut Cok Ace, travel agent dari luar negeri memiliki banyak pilihan hotel di Bali. Sementara, jumlah wisatawan tak sebanyak jumlah hotel di Bali.
"Sehingga pengusaha berpikir daripada kosong terima saja dengan harga murah, dampaknya pelayanan akan rendah. Dari sinilah timbul perang tarif," ujarnya.
Ini diindikasikan dengan semakin banyaknya hotel berbintang menurunkan tarif kamar.
Bahkan, tarif hotel bintang tiga mulai setara dengan tarif hotel melati, yakni di bawah harga Rp 300.000 per kamar per malam.
(BACA: Perang Tarif, Banyak Kamar Hotel di Bali Dijual Murah)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.