LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur memiliki beragam tarian khas daerah. Tarian-tarian khas daerah itu selalu mengangkat tema persaudaraan, persatuan, kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang sangat mendalam.
Ada sembilan kabupaten di Flores yang memiliki keunikan dan kekhasan daerah masing-masing.
Dari ujung timur sampai ujung barat di pulau itu beraneka ragam atraksi budaya dengan karakter daerah masing masing.
Seperti di wilayah Manggarai Raya ada tarian Caci, Kabupaten Ngada ada tarian Jai, Kabupaten Ende ada tarian Gawi, Kabupaten Sikka ada tarian Hegong, Kabupaten Flores Timur ada tarian Hedung, Kabupaten Nagekeo ada tarian Tea Eku dan Kabupaten Lembata ada tarian Pedang.
(BACA: Inikah Desa Wisata Alam Terbaik di Flores?)
Semua atraksi budaya itu selalu bernuansa kebersamaan, persaudaraan, kasih sayang, walaupun karakter budaya berbhinneka. Namun, persatuan dan kebersamaan selalu dijunjung tinggi dalam berbagai atraksi budaya.
Bahkan, atraksi budaya itu ada nuansa toleransi karena semua penari berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda bahkan agama yang berbeda. Ada pembauran dalam kebersamaan dengan atraksi budaya tersebut.
Selama menari tidak ada perbedaan antar satu dengan yang lainnya. Semua terlibat dalam nuansa kebersamaan, persatuan dan kesatuan.
(BACA: Aneka Obyek Wisata di Sekitar Maumere, Pulau Flores)
Senin, 22 Mei 2017 pagi, saat rombongan relawan Jebsen dan Jessen dari delapan negara Asia Tenggara itu tiba, warga Kampung Anaranda, Desa Mautenda, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende menyambut dengan tarian "Simo Imu" di gerbang masuk perkampungan Anaranda. Tarian dibawakan oleh siswa-siswi SDK Anaranda I.
Selanjutnya, rombongan relawan itu diantar sampai ke lapangan sepakbola di tengah kampung. Selanjutnya mereka disuguhkan tarian Gawi.
Hentakan kaki yang melingkar dengan diiringi musik khas tarian Gawi menggugah para relawan untuk bergabung menari dalam nuansa kebersamaan, keakraban, kegembiraan atas kehadiran mereka di tengah warga di kampung itu.
Berbaur bersama dengan menari yang berbentuk lingkaran meriuhkan suasana di kampung itu. Seluruh warga memadati lapangan sambil menyaksikan relawan Asia Tenggara itu menari.
Satu per satu, siswa dan siswi SDK Anaranda itu menari untuk menjemput tamu yang sedang duduk dengan kain selendang agar bergabung dalam nuansa kebersamaan dalam tarian Gawi tersebut.
Kepala Sekolah SDK Anaranda I, Yohanes Soka kepada KompasTravel, menjelaskan, tarian Gawi merupakan tarian khas warga Suku Lio di Kabupaten Ende.
Siswa dan siswi dari SDK Anaranda I selalu menampilkan tarian Gawi apabila ada pergelaran budaya serta menyambut tamu yang berkunjung ke sekolah itu atau ke kampung Anaranda.
"Semua warga di Kabupaten Ende, baik yang tersebar di kota maupun di kampung-kampung selalu menampilkan tarian Gawi sebagai rasa kebersamaan, kekeluargaan, persatuan di antara sesama warga. Tarian ini juga sering ditampilkan dalam berbagai event pariwisata di Kabupaten Ende. Bahkan, tarian ini juga dibawakan pada pesta syukuran, pesta perkawinan di seluruh wilayah Pulau Flores," kata Yohanes Soka.
Saat rombongan relawan tiba, lanjut Soka, ungkapan pertama untuk menyambut rombongan itu adalah menampilkan tarian Gawi.
Kepala Desa Mautenda, Raimundus Rangga kepada KompasTravel, Kamis (25/5/2017) menjelaskan, setiap tamu yang berkunjung ke Desa Mautenda selalu disambut dengan tarian "Simo Imu", tarian jemput tamu di pintu gerbang perkampungan. Selanjutnya ditampilkan tarian Gawi menjadi tarian khas Suku Lio.
“Tarian Gawi, warisan leluhur Suku Lio dengan makna persatuan, kegembiraan dan syukuran. Apabila ada upacara syukuran di kampung-kampung, warga selalu menari Gawi sebagai ungkapan sukac ita dan kegembiraan,” kata Raimundus.
Ferdinandus Watu, pegiat pariwisata Kabupaten Ende kepada KompasTravel, Selasa (6/6/2017) menjelaskan, makna Gawi sebagai tarian persatuan, simbol kebersamaan dan syukuran.
"Gawi dalam tradisi Suku Lio berbentuk seperti ular, melingkar sebagai ajakan kebersatuan, kita eratkan tangan, bulatkan tekad bersama," katanya.
Ketika ditanya KompasTravel, saat Soekarno diasingkan di Ende apakah Soekarno ikut menari Gawi, Ferdinandus menjawab, "Saya kira ketika Soekarno diasingkan ke Ende ikut menari Gawi karena sering berkunjung ke kampung-kampung adat di Kabupaten Ende".
Bahkan saat dijemput di pintu gerbang Anaranda, semua relawan dari delapan negara Asia Tenggara ikut menari serta larut dalam menari Gawi.
"Kami sangat berterima kasih banyak atas penyambutan yang sangat meriah dengan atraksi-atraksi budaya. Kami semua gembira atas keramahan orang-orang Flores saat menyambut tamu," ungkap relawan asal Singapura, Chwee Eng Tan.
Ingin mencoba wisata cruise gratis Singapura - Malaka - Singapura? Caranya gampang, ikuti kuis dari Omega Hotel Management di sini. Selamat mencoba!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.