Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Sate Kambing Sabang dan Gulainya yang Tersohor di Menteng

Kompas.com - 09/06/2017, 15:03 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ramainya Menteng di malam hari, ada yang menyita pandangan KompasTravel.

Ialah sebuah kedai panjang menggunakan tenda di depannya, bertuliskan sate kambing. Di sekitarnya nampak pembeli tak henti-hentinya lalu-lalang keluar masuk kedai tersebut secara bergantian.

Kedai ini ternyata cukup legendaris di Menteng, bahkan di Jakarta. Kedai Sate Lamongan Jaya Agung, merupakan salah satu kedai Lamongan pertama yang ‘menginvasi’ Jakarta.

Pemiliknya ialah Jali Suprapto (74), pria asal Desa Siman, Lamongan, Jawa Timur. Jali merupakan salah satu pembawa soto lamongan pertama ke Jakarta sekitar tahun 1960. Dia coba berjualan sediri mulai tahun 1963.

(BACA: Rahasia Membangun Soto Lamongan Pertama di Bogor)

Kini kedainya justru terkenal dengan olahan kambingnya, yaitu sate kambing dan rawon, dengan tetap menyuguhkan cita rasa Jawa Timur. Meki begitu menu soto lamongan tetap ada dan tersedia bagi para penggemarnya.

“Kambingnya enak mas, empuk dan cocok aja sih buat kita. Biasanya kalau gak rawon, ya sate kambingnya. Seminggu sekali lah mampir di sini,” ujar Jaka, pelanggan setia Kedai Sate Lamongan Jaya Agung asal Makassar yang bekerja di Jakarta, Senin (5/6/2017).

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Salah satu kedai Soto lamongan pertama di Jakarta, kini merambah menjual Sate Kambing, berlokasi di Jalan Whid Hasyim, Menteng, Jakarta.
Penasaran dengan rahasia dari olahan kambingnya, KompasTravel mencicipi sate kambing khas kedai Sate Lamongan Jaya Agung, atau yang lebih dikenal dengan Sate Sabang.

Satu porsi sate kambing pun tersaji di atas meja, kondisinya yang baru diangkat dari tunggu pembakaran membuat minyaknya mengalir dari sisi lemak sate tersebut. Bumbu kacangnya berwarna coklat kehitaman, pekat akibat campuran bumbu dan kecap.

(BACA: Kisah Si Pembuat Spanduk Soto Lamongan...)

Dari penampilannya terlihat potongan daging kambing begitu besar, berukuran sekitar 2-3 sentimeter diameternya. Dalam satu tusuk terdapat empat potong, tiga daging dan satu lemak di tengah-tengahnya.

Saat satenya digigit, ternyata teksturnya benar cukup empuk untuk seukuran daging kambing yang disate. Saus kacangnya tak begitu halus, jadi tekstur kacang masih sangat terasa di mulut.

Tak lama terdengar beberapa pengamen yang menyanyikan lagi khas Makassar.

“Anging mammiri ku pasang. Pitujui tontonganna. Tusarroa takkaluppa...”

Usut punya usut, kedai ini memang menjadi tempat favorit wisatawan atau perantau dari Makassar untuk menikmati olahan kambing. Saking banyaknya pembeli dari Makassar, para pengamen pun “merayunya” dengan lagu-lagu Sulawesi Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com