JAKARTA, KOMPAS.com - Nasi liwet solo atau dalam bahasa lokal disebut sego liwet sebelum terkenal seperti sekarang, memiliki kisah unik yang menghubungkan rakyat dengan rajanya.
Jauh sebelum nasi liwet solo lazim dikonsumsi masyarakat luas, kuliner ini ternyata sudah tercatat di dalam Serat Centhini (1814-1823).
Menurut ahli gastronomi, Murdijati Gardjito, dalam kitab tersebut dituliskan nasi liwet hadir ketika Pulau Jawa diguncang gempa bumi. Nasi liwet ini dihadirkan dengan sebaris doa yang dilantunkan untuk keselamatan masyarakat.
(BACA: Ini Ternyata Perbedaan Nasi Liwet Sunda dan Jawa)
Nasi liwet solo ternyata berasal dari suatu daerah bernama Desa Menuran, Sukoharjo. Di desa tersebut nasi liwet dibuat oleh warganya dengan tujuan konsumsi pribadi dan dijual kepada masyarakat Solo.
Mulai masuk kerajaan
“Nasi liwet itu mulai dijual keluar, ke Solo waktu itu sekitar tahun 1934, setiap hari. Sampai Mangkunegaran tertarik dan jadi santapan mereka juga,” ujar Murdijati Gardjito, yang juga peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
(BACA: Jangan Salah Kaprah, Ini Sebenarnya yang Dimaksud Nasi Liwet)
Seiring dengan ramainya pembeli nasi liwet di sana, pihak keluarga Keraton Mangkunegaran ternyata suka mencicipinya juga. Alhasil Sri Mangkunegoro meminta salah satu pedagang untuk berjualan di dekat Mangkunegaran.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.