JAKARTA, KOMPAS.com - Pilar-pilar megah bergaya Eropa klasik berwarna putih menopang bagian teras
Gereja Immanuel Jakarta yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur,
Gambir, Jakarta Pusat. Tangga berjajar menuju pintu masuk
gereja berbahan kayu jati yang tingginya lebih dari lima meter.
Pohon-pohon rindang di halamannya yang relatif luas menambah kesan hijau gereja tua yang dibangun pada masa
Belanda sekitar 177 tahun silam oleh JH Horst. Lantai-lantai marmer juga bisa terlihat di
Gereja Immanuel.
Masuk lebih dalam, bangku-bangku gereja terbentang. Ada dua bagian bangku yakni di sisi tengah dan di sisi tembok. Bangku di tengah dalam terbujur dalam beberapa baris, sementara deretan bangku sisi tembok melengkung.
Di bagian tengah, tepat di belakang deretan tengah, ada sebuah mimbar yang berfungsi sebagai tempat pengaturan sound system. Di bagian depan, ada altar gereja.
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Siswa-siswa sekolah menengah di Jakarta dan sekitarnya, Kamis (15/6/2017), mengikuti Wisata Rumah Ibadah. Mereka mengunjungi Masjid Istiqlal, Gereja Kristen Immanuel, Gereja Katolik Katedral, Pura Adhitya Jaya Rawamangun, dan Kuil Hoseji.
Ketua Majelis Jemaat Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB), Pendeta Chiko Saren mengatakan Gereja Immanuel dulunya hanya dikhususkan untuk ibadah pejabat-pejabat Hindia Belanda. Tak ada golongan rakyat yang bisa beribadah di sana.
"Gedung ini namanya
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-immanuel-saksi-sejarah-yang-cantik-dari-hindia-belanda_550da9b7a33311231e2e3cf
"Gedung ini namanya Willemskerk. Gereja ini dibangun untuk menghormati Raja Willem pertama," kata Chiko saat menerima peserta Wisata Rumah Ibadah beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan pada 24 Agustus 1835 adalah saat pertama peletakkan batu pertama sebagai tanda pembangunan. Bahan-bahan bangunan yang digunakan pun terbilang sederhana.
"Gereja ini bangunan materialnya hanya batu bata sebagai bahan utama. Dinding dan tiang disusun dari campuran batu bata, kapur, dan semen pasir," tambahnya.
Di bagian tengah ruangan tak ada penyangga-penyangga seperti di bagian depan gereja. Penyangga-penyangga di bagian tengah hanya kusen dan dinding itu sendiri.
KOMPAS.com - Andreas Lukas Altobeli Pengunjung sedang berada di lantai 2 Gereja Immanuel Jakarta.
Gereja Immanuel Jakarta tercatat sebagai bangunan cagar budaya melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0128/M/1988 tanggal 27 Februari 1988 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor Cb 11/I/12/1972 tanggal 10 Januari 1972.
Selain itu diperbarui dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tanggal 29 Maret 1993 dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 yang menetapkan Gereja GPIB Immanuel sebagai bangunan cagar budaya.
Dalam catatan sejarah, Gereja Immanuel terletak di dekat alun-alun atau pusat kota. Hal itu dipastikan oleh Chiko lantaran Gereja Immanuel tergabung dalam Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB).
"Ciri khasnya GPIB itu zaman Belanda itu dekat dengan alun-alun dan pusat kota, kenapa dekat? Karena harus dekat dengan tempat tinggal gubernur. Dia tinggal naik kereta. Di pinggir-pinggir kota itu tinggalnya para petinggi," kata Chiko.
Sementara untuk masyarakat Batavia selain pejabat Hindia Belanda memiliki tempat beribadah sendiri. Menurut Chiko, gereja itu masih berada di dalam persatuan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat seperti Gereja Sion.
"Namun, seiring perkembangan gereja, semua orang bisa beribadah di Gereja Immanuel," tambah Pendeta Chiko Saren.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.