Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2017, 16:41 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Siapa pun mengira bahwa camilan ini adalah buah kurma. Berbentuk biji, warna coklat tua, dan agak lengket. Rasanya juga manis legit. Tapi ternyata ada buah salak dari perkebunan di lereng Gunung Merapi. Orang menyebutnya dengan kurma salak.

Adalah Nur Imron (40), warga Kota Magelang, Jawa Tengah, yang mengolah salak sedemikian rupa menjadi mirip dengan buah asal Timur Tengah itu.

Ia pun mulai merintis usaha dan memperkenalkan kurma salak sebagai oleh-oleh khas Magelang. Imron bercerita bahwa ide membuat camilan ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya buah salak yang tumbuh di sebagian besar kawasan lereng Gunung Merapi.

Saking banyaknya, bahkan buah ini dihargai sangat murah, berkisar Rp 3.000 - Rp 5.000 per kilogram. Sejak setahun lalu Imron mulai berpikir untuk membuat inovasi makanan berbahan dasar salak.

Di beberapa daerah memang sudah ada salak yang dioleh menjadi berbagai camilan, seperti manisan, jenang dodol, dan cokelat salak.

"Saya berpikir, salak ini bisa dibuat apa lagi ya selain manisan dan dodol. Agar ada sesuatu yang baru, dan tentu mempunyai nilai jual yang tinggi ketimbang hanya menjual salak segar dengan harga yang sangat murah," katanya kepada Kompas.com, Jumat (23/6/2017).

Lalu tercetuslah kurma salak, yang sebetulnya sudah sering dibuat oleh mertuanya di Cirebon, Jawa Barat. Meski bukan inovasi baru namun ia mengembangkan kurma salak dengan cara pengolahan yang berbeda.

"Ibu mertua saya sering membuat kurma salak kalau lebaran. Hanya direbus pakai air gula saja, sudah. Salaknya juga yang salak kampung biasa bukan salak pondoh khas lereng Merapi. Kemudian saya ajak istri saya untuk mencoba membuat kurma salak tapi dengan sedikit variasi," jelasnya.

Imron dan sang Istri, Iis Nurcholis (38), lalu memproduksi kurma salak dengan proses pengolahan yang lama namun berhasil menjadi kurma salak yang enak.

Dia memaparkan, pengolahan dimulai dari pengupasan buah salak, lalu direbus dengan air gula asli selama 7 jam, dioven, dan terakhir dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 2 hari.

"Mulai dari pengupasan sampai siap konsumsi bisa sampai 3-4 hari prosesnya. Itu kalau cuaca cerah, ada kalanya mendung jadi pengeringannya tidak cukup 2 hari saja. Tapi hasilnya jauh beda dengan yang biasa saja, lebih enak, legit, tidak lengket dan lebih awet meski tanpa bahan pangawet kimia," kata bapak dua anak ini.

KOMPAS.COM/IKA FITRIANA Salak pondoh yang dipetik dari perkebunan warga di lereng Merapi wilayah Kabupaten Magelang, Jateng dan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
Iis Nurcholis, istri Nur Imron menambahkan dalam sehari rata-rata bisa memproduksi kurma salak antara 8-10 kilogram. Setiap hari ia memproduksi sesuai pesanan. Jika musim liburan, biasanya pesanan akan bertambah dua kali lipat atau lebih.

Iis mengatakan kurma salak dengan merk "Cap Tawon" ini menggunakan salak pondoh dari perkebunan lereng Merapi yang memilik rasa manis alami dan tidak sepat. Buah salak juga harus berkualitas agar hasilnya bagus, dan tidak lembek atau berair.

"Awal produksi, kurma salak hasilnya masih lengket, lama-lama berair. Kami beberapa kali mengganti jenis salak sampai akhirnya ketemu salak pondoh Merapi, terutama dari wilayah Sleman, hasilnya bagus," katanya.

Kurma salak dijual dalam kemasan cup isi 200 gram dengan harga Rp 13.000. Selain kurma salak, dirinya juga membuat kurma salak isi kacang mete, permen jelly salak, eggroll salak dan lainnya.

Sejauh ini pesanan datang tidak hanya datang dari Magelang tapi juga keluar kota seperti Yogyakarta, Cirebon, Temanggung hingga Jakarta.

Jadi, bagi Anda yang sedang pulang kampung di Kota Magelang, tidak ada salahnya untuk mencoba camilan kurma salak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Liburan ke Pulau Payung di Kepulauan Seribu Naik Kapal, Simak Cara Beli Tiketnya

Liburan ke Pulau Payung di Kepulauan Seribu Naik Kapal, Simak Cara Beli Tiketnya

Travel Tips
Harga Tiket dan Jam Buka Taman Labirin Coban Rondo Malang

Harga Tiket dan Jam Buka Taman Labirin Coban Rondo Malang

Jalan Jalan
7 Destinasi Wisata di Bangka Belitung yang Wajib Dikunjungi

7 Destinasi Wisata di Bangka Belitung yang Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Diskon Tiket Kereta 25 Persen Cuma Sampai 3 Desember 2023, Simak Daftar Rutenya

Diskon Tiket Kereta 25 Persen Cuma Sampai 3 Desember 2023, Simak Daftar Rutenya

Travel Update
Wisata ke Pulau Payung Bisa Ngapain Aja?

Wisata ke Pulau Payung Bisa Ngapain Aja?

Jalan Jalan
Tiket DAMRI Turun Harga Mulai 27 November, Jakarta-Cilacap Rp 155.000

Tiket DAMRI Turun Harga Mulai 27 November, Jakarta-Cilacap Rp 155.000

Travel Update
Apa Itu Connecting Room Hotel? Cocok Untuk Rombongan 

Apa Itu Connecting Room Hotel? Cocok Untuk Rombongan 

Hotel Story
AirAsia Terbang dari Denpasar ke Kupang per 16 Desember, Tarif Rp 1,3 Jutaan

AirAsia Terbang dari Denpasar ke Kupang per 16 Desember, Tarif Rp 1,3 Jutaan

Travel Update
Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023 Digelar Lagi, Ada Diskon hingga 80 Persen

Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023 Digelar Lagi, Ada Diskon hingga 80 Persen

Travel Update
Pengalaman ke Pulau Payung, Coba Snorkeling dan ATV Keliling Hutan

Pengalaman ke Pulau Payung, Coba Snorkeling dan ATV Keliling Hutan

Jalan Jalan
Libur Akhir Tahun, Kuota Wisatawan ke Gunung Bromo Tidak Ditambah

Libur Akhir Tahun, Kuota Wisatawan ke Gunung Bromo Tidak Ditambah

Travel Update
Jadi Lokasi Syuting 'Gadis Kretek', Ketahui 5 Fakta Stasiun Tuntang

Jadi Lokasi Syuting "Gadis Kretek", Ketahui 5 Fakta Stasiun Tuntang

Jalan Jalan
Galeri Nasional di Jakarta Gelar Pameran Koleksi Hasil Repatriasi dari Belanda

Galeri Nasional di Jakarta Gelar Pameran Koleksi Hasil Repatriasi dari Belanda

Travel Update
Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata

Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata

Travel Update
Waktu yang Tepat ke Pulau Payung, Hindari Akhir Tahun

Waktu yang Tepat ke Pulau Payung, Hindari Akhir Tahun

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com