Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Akulturasi di Balik Tradisi dan Makanan Khas Lebaran Betawi...

Kompas.com - 25/06/2017, 12:13 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, la ila ha illallahu Allahu akbar, Allahu akbar wa lillahilham. Sejak semalam, gema takbir itu berkumandang bersama bunyi pukulan beduk dari masjid-masjid di Indonesia, tak terkecuali di Jakarta.

Penduduk asli setempat—Betawi—menyalakan petasan atau kembang api silih berganti untuk menyambut hari kemenangan umat Islam.

Meski pemukulan beduk dan membakar petasan adalah tradisi turun-temurun yang dilakukan muslim Betawi, bukan berarti kebiasaan itu murni asli Betawi.

Sejarawan JJ Rizal mengatakan bahwa tradisi tersebut mengadopsi budaya bangsa lain, yakni Tiongkok.

“Masyarakat Betawi menggunakan petasan untuk menolak bala pada saat Ramadhan serta Lebaran. Sama seperti beduk, petasan juga khas tradisi Tiongkok, “ ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (22/6/2017).

Kuliner

Pada dasarnya, tak hanya hal itu, jejak akulturasi kebudayaan di tradisi Idul Fitri Betawi terlihat pula dari makanan khas Lebaran. Ketupat, misalnya.

Menurut Rizal, makanan dari beras yang terbungkus janur—daun kelapa muda—ini menandakan pertemuan tradisi masyarakat agraris dan maritim. Adapun semur daging, yang biasa dihidangkan bersama ketupat merupakan produk interkulturalisme atau perpaduan banyak budaya.

“Semur itu yang kasih nama Belanda, tetapi asalnya dari dapur orang Portugis. Sementara kecap itu berasal dari budaya Tiongkok, dan daging kerbau dari budaya lokal,” ungkap Rizal.

Kata Rizal, jejak perpaduan dengan budaya Tiongkok dapat dijumpai pada kudapan manisan yang biasa orang betawi sajikan saat lebaran. Contohnya seperti manisan kelondor, pepaya dan ceremai.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Es Buah Kolang-kaling.

Sayangnya, manisan tersebut sudah jarang disajikan lagi oleh orang Betawi. Kini hanya manisan kolang-kaling yang tersisa. Manisan ini berasal dari buah pohon aren yang berbentuk pipih dan bergetah.

Dalam buku Kuliner Betawi Selaksa Rasa dan Cerita terbitan Gramedia Pustaka Utama, disebutkan bahwa buah tersebut dimasak dalam waktu lama dengan sirop gula dan daun jeruk sebagai manisan.

Kudapan lain, seperti kue-kue lebaran khas Betawi pun ternyata produk akulturasi banyak budaya. Contohnya seperti kue satu—Tiongkok. Lalu nastar, kastengel dan semprit yang berasal dari Belanda.

“Nastar itu asal katanya dari ananastaart yang dilafalkan orang Betawi menjadi kue nastar. Lalu kue botersprits yang oleh lidah Betawi disebut kue semprit,” ujar Rizal.

Adapun dodol dan kacang goreng, juga demikian. Menurut Rizal makanan itu pun berasal dari Tiongkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com