Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikidang, Legenda Putri Shinta Dewi dan Pangeran Berkepala Kijang

Kompas.com - 13/07/2017, 16:12 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

KOMPAS.com - Dataran Tinggi Dieng terbentuk akibat letusan Gunung Prahu Tua yang terjadi berabad-abad yang lalu. Meski sudah terpaut lama, aktivitas vulkanis di kawasan ini masih tetap terjadi. Salah satu buktinya adalah Kawah Sikidang.

Keunikan Kawah Sikidang dibandingkan kawah-kawah lain (baik yang ada di Dataran Tinggi Dieng maupun di tempat lain) adalah kawah utama di kawasan ini selalu berpindah-pindah.

Karena letak kawah utama yang berpindah-pindah inilah kawasan ini diberi nama ‘sikidang’, yang berasal dari ‘kidang’ (kijang). “Kawah utama yang berpindah-pindah hampir mirip dengan sifat kijang yang senang melompat kesana kemari,” kata Ibnu.

(BACA: Kawah Sileri Meletus, Ini Pilihan Wisata Dieng yang Aman Dikunjungi)

Selain itu, ada sebuah legenda mengenai kawah ini yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat sekitar.

Dari berbagai sumber yang dihimpun Kompas.com, cerita rakyat ini adalah tentang seorang gadis cantik yang bernama Shinta Dewi dan seorang pangeran kaya raya, Kidang Garungan. Namun jangan salah, walau kaya raya, ada yang tidak biasa pada pangeran ini.

Sesuai dengan namanya, Kidang Garungan memiliki tubuh manusia tapi kepalanya merupakan kepala kijang atau rusa.

(BACA: Sensasi Sauna Alami di Kawah Kamojang, Bandung)

Singkat cerita, Pangeran Kidang Garungan hendak meminang Putri Shinta Dewi. Namun karena paras pangeran yang sangat buruk, sang putri pun menolak pinangan itu. Diberikannya syarat yang mustahil kepada pangeran untuk membuat sumur besar seorang diri dalam waktu sehari.

Dengan syarat seberat itu, Putri Shinta Dewi berpikir bahwa Pangeran tidak mungkin bisa memenuhinya, sehingga pernikahan dapat dibatalkan.

Namun di luar dugaan, ternyata Pangeran Kidang Garungan memiliki kesaktian tinggi. Pada hari itu juga, Pangeran membuat sumur di sebuah tempat sepi yang ditunjuk oleh Sang Putri.

Dengan kesaktiannya, Pangeran Kidang Garungan menggali tanah cadas itu dengan tangan kosong dan tanduknya. Pangeran bekerja dengan cepat tanpa mengenal lelah.

Ketika sumur itu hampir selesai, Putri pun mulai panik. Putri Shinta Dewi pun segera memerintahkan para pengawal dan dayang-dayangnya untuk menimbun sumur itu. Pangeran Kidang Garungan yang berada di dalamnya tidak sadar jika dirinya telah ditipu.

Sejumlah pengunjung terlihat di sekitar Kawah Sikidang yang berada tak jauh dari Kawah Sileri di kompleks obyek wisata Dieng Plateau, Banjarnegara, Jawa Tengah, pasca-semburan lumpur, Senin (3/7/2017). Kawah Sileri menyemburkan lumpur setinggi 200 meter pada Minggu, 2 Juli kemarin, sedikitnya 20 orang dilaporkan terluka.KOMPAS.COM/IQBAL FAHMI Sejumlah pengunjung terlihat di sekitar Kawah Sikidang yang berada tak jauh dari Kawah Sileri di kompleks obyek wisata Dieng Plateau, Banjarnegara, Jawa Tengah, pasca-semburan lumpur, Senin (3/7/2017). Kawah Sileri menyemburkan lumpur setinggi 200 meter pada Minggu, 2 Juli kemarin, sedikitnya 20 orang dilaporkan terluka.
Pangeran baru menyadari hal itu setelah kerukan-kerukan tanah yang ia lempar ke atas justru menimpa dirinya sendiri.

Dia pun berteriak agar Putri berhenti menimbun dirinya di dalam sumur. Namun semakin keras Pangeran berteriak, semakin cepat pula para pengawal dan dayang-dayang itu mengubur Pangeran hidup-hidup.

Ketika seluruh tubuhnya tertimbun tanah, Pangeran segera mengerahkan kesaktiannya agar bisa keluar. Namun malang, upaya Pangeran Kidang Garungan tak banyak membantu. Dia akhirnya tewas tertimbun tanah di dalam sumur.

Sebelum menembuskan nafas terakhir, Pangeran Kidang Garungan bersumpah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gimbal. Sementara bekas galian pangeran itu lama-kelamaan menjadi kawah yang diberi nama Kawah Sikidang.

Berikut video Kompas.com saat mengunjungi Kawah Sikidang:

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com