Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bledug Kuwu, Fenomena Letupan Lumpur Unik di Jawa Tengah

Kompas.com - 15/07/2017, 20:03 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Ada salah satu destinasi wisata menarik yang patut untuk dikunjungi di wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Fenomena alam yang tersohor dan banyak menyedot wisatawan itu dikenal dengan sebutan "Bledug Kuwu".

Obyek wisata nan unik ini berlokasi di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, atau berjarak sekitar 30 kilometer ke arah timur Kota Purwodadi. Menjelang siang, saat sinar Sang Surya mulai menyengat tubuh, satu per satu pengunjung terus berdatangan ke obyek wisata unggulan di Grobogan ini.

Ketika awal menginjakkan kaki memasuki kawasan Bledug Kuwu, hamparan lahan kosong seluas 45 hektar terpampang di depan mata. Pengunjung pun diarahkan untuk maju perlahan menuju ke arah asap yang telah mengepul di atas bentangan tanah yang luas.

Semakin kita mendekat, semakin nyaring terdengar bunyi ledakan nan dahsyat. Jangan terlalu dekat, sewajarnya saja, untuk menghindari hal yang tak diinginkan.

Sungguh pemandangan yang luar biasa. Mata kita dibuat takjub oleh letupan-letupan lumpur berselimut asap putih dari dalam tanah. Bersamaan itu pula jelas terdengar suara hentakannya seperti dentuman meriam yang menggelegar dari kejauhan.

Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.

Sayup-sayup juga terdengar bunyi selayaknya air dalam suhu mendidih. Semburan-semburan lumpur itu bervariasi, bahkan terkadang ada yang setinggi tiga meter dan sebesar balon udara.

Lokasinya pun berubah-ubah, namun secara periodik letupan-letupan itu terus menerus bermunculan. Setengah menit sekali kita bisa mendengar dan menyaksikan fenomena menakjubkan yang keluar dari perut bumi itu.

Saat menyaksikan semburan lumpur berwarna hitam itu, kita harus berhati-hati supaya tak terperosok. Meski tanah yang dipijak secara kasat mata keras, namun di dalamnya masih berupa lumpur. Sesekali tanah terasa bergoyang.

"Kalau musim dingin atau penghujan, tinggi letupannya mencapai tiga meter. Letupan Bledug Kuwu tak pernah berhenti dan terus-menerus setiap menitnya. Untuk lokasi berpindah-pindah. Kami arahkan lokasi untuk melihat supaya aman," kata seorang petugas Obyek Wisata Bledug Kuwu sekaligus staf Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Grobogan, Elya Murtiyanto, kepada KOMPAS.com, Jumat (14/7/2017).

Obyek wisata Bledug Kuwu dikelola Pemerintah Kabupaten Grobogan sejak 1983. Jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya.

"Peningkatan 10 persen setiap tahunnya dalam lima tahun ini. Tahun kemarin jumlah pengunjung mencapai 26 ribu orang. Kali ini rata-rata per hari 70 orang datang berkunjung. Untuk libur lebaran mencapai 500 orang per hari. Dari luar kota mendominasi," imbuh Elya.

Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.

 

Sayangnya destinasi yang memesona ini tak dibarengi dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai. Beberapa gazebo ala kadarnya yang tersedia sudah tak lagi layak. Gazebo telah rusak dan usang dimakan usia.

Jembatan bambu sebagai sarana menuju lokasi letupan juga sudah hancur sana-sini. Terlebih, banyak sampah berserakan yang ditemukan. Mushola hingga MCK juga kurang dipercantik.

"Seharusnya ada penghijauan di sini biar pengunjung tidak kepanasan. Lihat saja tak ada pepohonan. Serahkan pada profesional di bidangnya pasti bisa. Gazebo juga sudah tak bisa dipakai. Miris melihatnya. Obyek wisata andalan dan menakjubkan ini telah terlupakan," tutur Noer Cholis, pengunjung asal Kota Purwodadi.

Kepala UPTD Obyek Wisata Disporabudpar Kabupaten Grobogan, Sriyono, menjelaskan, pihaknya sudah berupaya mengajukan anggaran untuk memaksimalkan fasilitas penunjang Bledug Kuwu. Hanya saja, hal itu belum terealisasi.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com