Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan di Balik Terciptanya Tren "Bakso Beranak"

Kompas.com - 17/07/2017, 20:02 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Kini, bakso beranak bisa kita temukan baik di kota besar maupun kecil. Kreasinya pun sudah semakin beragam, dari yang sebesar bola voli, hingga isian bakso yang beraneka rasa.

Setelah ditelusuri KompasTravel, awal kemunculan bakso beranak berasal dari sebuah warung sederhana di pinggiran Kota Bogor. Big Bakso Family, begitu nama gerainya, telah menyajikan bakso beranak sejak 2013.

Gerai ini milik pria yang akrab disapa Oding. Ia merintis usaha bakso pada 2011 setelah bangkrut dari usaha sembako, aksesoris, dan bengkel yang digelutinya selama 12 tahun.

"Dulu pas merintis itu penuh perjuangan, susah lah pokonya. Saya modal uang sisa jualan aksesoris anak cuma Rp 300.000," ujar Oding saat ditemui KompasTravel di gerai pusat Big Bakso Family, Kertamaya, Bogor, Minggu (15/7/2017).

BACA: Sensasi Menyantap Bakso Beranak Langsung di Tempat Kelahirannya

Oding sempat putus asa karena usaha sembakonya terlilit utang, dan aksesoris yang ia jajakan dari Bogor-Kabupaten Cianjur tak kunjung laku. Dari sisa modal, Oding pun pindah ke rumah mertua dan nekat bereksperimen dengan bakso.

Awalnya tak ada orang yang mau mengajarkannya cara membuat bakso. Bahkan seorang tukang bakso tempat ia belajar memberikan resep yang salah. Alhasil bakso tak kunjung jadi, yang muncul hanyalah kerugian bahan baku.

"Setelah otodidak, karna modal mepet. Saya coba jual bakso hasil buatan saya. Seadanya saja, bentuknya ga karuan, ada yang bilang bakso kribo, bakso gepeng dan lain-lain, pokonya baksonya gk  jelas," kisahnya.

Pria yang akrab disapa Oding inilah konon cikal bakal tren bakso Beranak, saat ditemui KompasTravel di kedainya Big Bakso Family, Bogor, Minggu (16/7/2017).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Pria yang akrab disapa Oding inilah konon cikal bakal tren bakso Beranak, saat ditemui KompasTravel di kedainya Big Bakso Family, Bogor, Minggu (16/7/2017).

Bakso itu pun ia jual mulai Rp 3.000 per porsi. Dengan modal sedanya, ia harus bergantian kompor dengan sang istri yang juga mencari nafkah dengan jualan nasi uduk mulai pagi hingga siang hari.

Saling menjadi topangan, suami-istri tersebut kerja nyaris tak putus dari pagi hingga malam. Bermodal tekun, Oding terus belajar sendiri proses pembuatan bakso agar bulat dan tidak pecah.

"Waktu 2013 ide muncul, biar bulatnya rapih, coba dikasih telor puyuh dalemnya. Terus juga nyoba isian sosis sama bakso giling cabe yang jelek, ditutupin adonan lagi biar bulat sempurna," terangnya.

Bakso yang merupakan cikal bakal "bakso beranak" itu diapresiasi dengan baik oleh pelanggannya. Pelanggannya pun mulai familiar dengan bentuk bakso "aneh" tersebut.

Menyantap bakso sebesar bola takraw ini tidak terasa eneg, atau begah. Isi bakso yang beraneka rasa mungkin juga penyebabnya. KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Menyantap bakso sebesar bola takraw ini tidak terasa eneg, atau begah. Isi bakso yang beraneka rasa mungkin juga penyebabnya.

Dari sana, Oding mulai berkreasi membuat bakso beranak dengan berbagai macam isian. Dulu ada telor, sosis, bakso pedas, dan tahu. Penggemarnya pun semakin banyak, meski pada awal kemunculannya pasang surut masih sangat terasa.

Ada yang unik soal penamaan kedai baksonya, "Big Bakso Family". Pada awalnya, Oding menginginkan karyawan yang kerja dengannya merasa nyaman layaknya keluarga. Tak disangka, hingga 2017 ini pun sistem yang ia bangun tersebut kian terlihat. Tak kurang dari 14 cabang di Jabodetabek dan Bandung ia jadikan keluarga besar Big Bakso Family.

BACA: Nyam... Nikmatnya Bakso Beranak Isi Keju sampai Cabai Rawit

"Sampai sekarang sistemnya kekeluargaan, tidak ada franchise. Pokonya mereka mampunya berapa, nanti belanja ke saya, supaya kualitas terjaga. Untuk setoran pun kita fleksibel, yang susah kita bantu, yang penting benar-benar mau kerja di dunia bakso," pungkas Oding dengan yakin.

Ia pun tak ragu membantu finansial keluarga ke-25 karyawan intinya, tak jarang diberi upah tambahan hingga disekolahkan. Kini, kedai pusat yang berlokasi di Jalan Raya Kertamaya No 8 bisa menghabiskan 300 kilogram daging sekali produksi.

Soal keuntungan, ia tak mau berkomentar banyak. Tetapi menurutnya hasil kerja keras itu bisa menyekolahkan kedua anak kesayangan dan terus menghidupi Big Bakso Family.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com