BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Hampir sepekan pasca-erupsi Sileri, Minggu (2/7/2017), sejumlah obyek wisata di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, nampak masih ramai dikunjungi wisatawan.
Salah satunya yakni Kawah Sikidang yang terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Kawah Sikidang merupakan cekungan berisi kawah yang timbul karena aktivitas Gunung Berapi di Dataran Tinggi Dieng.
Berdekatan dengan obyek wisata Candi Arjuna, Kawah Sikidang selalu menjadi destinasi utama wisatawan ketika berkunjung ke Dieng Plateau.
(BACA: Sikidang, Legenda Putri Shinta Dewi dan Pangeran Berkepala Kijang)
Kepala UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Dieng, Ibnu Hasan mengatakan, lokasi Kawah Sikidang berada di dataran yang cenderung landai. Sehingga pengunjung dapat dengan mudah melihat langsung fenomena alam yang mustahil dapat disaksikan di daerah lain.
“Di kompleks obyek wisata ini terdapat beberapa kawah aktif. Satu yang paling besar adalah Kawah Sikidang ini. Sementara di sekitarnya, ada beberapa kawah yang bentuknya hanya kecil serta terdapat beberapa kawah yang sudah mati,” katanya.
Namun perlu diingat bahwa seperti pada kawah-kawah yang lain, material yang keluar dari Kawah Sikidang seperti air dan asap mengandung unsur belerang yang tinggi. Pengunjung diharapkan tidak terlalu dekat dengan kawah karena suhu di permukaan kawah utama mencapai 80-90 derajat Celcius.
Kawah Sikidang dibuka untuk umum setiap hari dari jam 07.00 WIB sampai 16.00 WIB. Tiket masuk ke tempat wisata ini merupakan tiket terusan dengan Kompleks Candi Arjuna. Harga tiket tersebut Rp 10.000 per orang.
Belum Digarap Serius
Bagaikan sebuah anugerah, Kawah Sikidang diciptakan dengan segudang potensi dan keunikan yang hampir tak terhingga. Namun sayangnya, potensi dan keunikan yang dimiliki oleh salah satu primadona wisata Dieng Plateau ini belum digarap dengan serius.
Banyaknya operator wisata ilegal dinilai merusak kelestarian alam di kawasan kawah. Seperti contoh menjamurnya photobooth yang diharap dapat menarik minat kunjungan wisata, justru mengubah kondisi alami lingkungan.
Belum lagi flying fox yang dikelola oleh operator ilegal di kawasan ini sungguh sangat membahayakan keselamatan pengunjung. Bagaimana tidak, dengan kondisi kawasan yang notabene sangat sarat kandungan belerang yang dikhawatirkan dapat menimbulkan korosi pada sling baja lintasan flying fox.
Penataan kios dan pedagang kaki lima juga menjadi ‘pe-er’ besar pemerintah daerah jika ingin keindahan Kawah Sikidang mendapat apresiasi terutama wisatawan mancanegara yang cenderung selektif.
Menanggapi hal tersebut, Kadisbudpar Kabupaten Banjarnegara, Dwi Suryanto mengakui kekurangan tersebut.
Dia mengungkapkan sulitnya pemerintah daerah menertibkan para operator ilegal yang kebanyakan penduduk setempat tersebut. “Namun dalam jangka waktu dekat, kami sudah berkoordinasi dan mereka (operator ilegal) bersedia untuk membongkar wahana yang tidak berizin itu,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.