Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umbiro, Tradisi Kampung Rajong Koe di Flores Menghormati Alam

Kompas.com - 09/08/2017, 09:15 WIB
Markus Makur

Penulis

Dua syair dari sepuluh syair lagu, lanjut Joman, adalah "Kepe Le Kepe Le, Le Mori Mori Mese, tadu Lau Lau Woja Galung" artinya alam dan leluhur jaga ladang serta Tuhan Maha Pencipta memberkati padi agar berbuah melimpah.

Berikutnya "O Rue Le Mai Wela Tete, Ndo Kaka Ndewe Radi Teku Lewe" artinya semoga semua tanaman di ladang seperti padi, ubi tatas, jagung bertumbuh subur dan tidak diganggu oleh berbagai jenis burung.

Pastor John Jonga, peraih Yap Thiam Hien Award 2009 asal Kampung Nunur, Desa Mbengan saat menghadiri Pesta emas SDK Waekekik mengaku bulu kuduknya merinding saat siswa dan siswi Sekolah Dasar Inpres Nunur dan SMAN II Kota Komba mementaskan tari-tarian yang berhubungan dengan pertanian.

Tarian Umbiro dan Riik Kozu berhubungan dengan menghormati padi dan jagung serta umbi-umbian.

"Saya meneteskan air mata dan mengingat masa lalu ketika orangtua dan nenek moyang saya meritualkan tradisi-tradisi ini untuk menghormati padi, jagung dan umbi-umbian. Saya bangga dengan pelajar di Manggarai Timur yang mementaskan tarian ini. Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur harus mendukung dan mempertahankan ritual-ritual adat. Pemerintah harus mempromosikan keunikan-keunikan Manggarai Timur,” ungkapnya.
                
Jonga yang bertugas di Papua menjelaskan bahwa dirinya lahir dan dibesarkan dalam berbagai tradisi yang diwariskan leluhur dan orangtua untuk menghormati alam semesta dan Tuhan Maha Pencipta.

Pastor Daniel Ivan Darto Simamora, OFMCap kepada KompasTravel merasa bangga dan kagum dengan pementasan tarian Umbiro dan Riik Kozu yang dibawakan oleh siswa-siswi sekolah ini.

Ini membuktikan bahwa anak-anak masih menjaga dan mencintai budaya yang diwariskan leluhur orang Manggarai Timur, Flores.

“Orang Batak juga sangat menghargai budaya dan berbagai tari-tarian. Bahkan, segala aspek kehidupan orang Batak selalu berhubungan dengan adat istiadat dan ritual-ritual adat yang berhubungan dengan alam semesta,” katanya.

Para penari mulai menarik tali sambil bernyanyi dalam tradisi Umbiro pada perayaan pesta ke-54 tahun Sekolah Dasar Katolik Waekekik, Desa Ranakolong, Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, NTT, Selasa (1/8/2017). KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Para penari mulai menarik tali sambil bernyanyi dalam tradisi Umbiro pada perayaan pesta ke-54 tahun Sekolah Dasar Katolik Waekekik, Desa Ranakolong, Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, NTT, Selasa (1/8/2017).
Instruktur Seni Drama dan Tari Riik Kozu sekaligus Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri II Kota Komba, Bernabas Ngapan menjelaskan, tradisi Umbiro selalu diritualkan oleh warga masyarakat di Desa Mbengan dan Desa Ranakolong, baik dilakukan secara bersama-sama maupun dilakukan oleh berbagai suku.

"Warga di Desa Mbengan dan Desa Ranakolong sangat menghormati padi dan jagung. Mulai masa tanam sampai masa panen selalu ada ritual yang berhubungan dengan padi. Saya ingat sewaktu kecil saat pergi ke ladang. Saat itu padi sedang mulai berisi. Sebelum masuk ladang, terlebih dahulu minta permisi kepada alam dan memasuki ladang dengan suasana tenang dan hening. Tidak boleh ribut. Tidak bersuara. Tidak boleh menyanyi. Betul-betul suasana hening dan tenang,” kenang Bernabas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com