SAMOSIR, KOMPAS.com - Di tengah konser Tobatak Festival 2017 di Open Stage, Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (12/8/2017) malam, lamat-lamat terdengar seperti suara sarune (alat musik tiup khas Batak) dimainkan.
Ternyata di belakang panggung konser, ada sebuah tenda besar berwarna putih. Suara sarune yang dimainkan itu berada di tangan seorang remaja pria. Dia mengenakan kemeja dengan motif ulos Batak.
Sambil duduk di kursi plastik, remaja itu bersama sejumlah rekannya memainkan alat musik sarune bergantian. Remaja yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA di Pangururan, Kabupaten Samosir itu tampak malu-malu saat diminta memainkan ulang sarune yang ada di genggamannya.
(BACA: Ini Kalender Horas Samosir Fiesta 2017 untuk Menarik Wisatawan)
Dia pun kembali memainkan musik tiup yang terbilang langka dimainkan anak seusianya. Sarune merupakan salah satu musik tiup yang sering digunakan dalam orkestra gondang Batak, menemani taganing (gendang), sulim (seruling) dan ogung (gong).
Lazimnya gondang Batak dimainkan dalam pesta adat dan pemainnya para orangtua. Tangan kirinya memegang batang sarune sepanjang kurang lebih setengah meter, yang bahannya terbuat dari "hau jior", kayu ingul, dan tanduk kerbau.
(BACA: Aplikasi Touch Samosir Dinilai Pacu Peningkatan Jumlah Wisatawan)
Sedangkan tangan kanannya menutup buka lobang di batang sarune, yang berjumlah enam lobang, mengikuti tiupan mulutnya yang kemudian menghasilkan suara yang sakral.
"Suara sarune sakral. Itu sebabnya aku suka memainkannya," kata remaja laki-laki bernama Gonggom Simbolon saat ditanya motivasinya tertarik memainkan alat musik yang dia sebut saksopon Batak itu.
Gonggom memainkan sarune pada acara-acara non adat. Dalam tradisi Batak, tidak bisa anak muda atau yang belum menikah bermain dalam gondang Batak, terutama mengiringi pesta adat.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.