Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Samosir Memainkan Sarune di Tobatak Festival 2017

Kompas.com - 14/08/2017, 15:44 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

SAMOSIR, KOMPAS.com - Di tengah konser Tobatak Festival 2017 di Open Stage, Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (12/8/2017) malam, lamat-lamat terdengar seperti suara sarune (alat musik tiup khas Batak) dimainkan.

Ternyata di belakang panggung konser, ada sebuah tenda besar berwarna putih. Suara sarune yang dimainkan itu berada di tangan seorang remaja pria. Dia mengenakan kemeja dengan motif ulos Batak.

Sambil duduk di kursi plastik, remaja itu bersama sejumlah rekannya memainkan alat musik sarune bergantian. Remaja yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA di Pangururan, Kabupaten Samosir itu tampak malu-malu saat diminta memainkan ulang sarune yang ada di genggamannya.

(BACA: Ini Kalender Horas Samosir Fiesta 2017 untuk Menarik Wisatawan)

Dia pun kembali memainkan musik tiup yang terbilang langka dimainkan anak seusianya. Sarune merupakan salah satu musik tiup yang sering digunakan dalam orkestra gondang Batak, menemani taganing (gendang), sulim (seruling) dan ogung (gong).

Lazimnya gondang Batak dimainkan dalam pesta adat dan pemainnya para orangtua. Tangan kirinya memegang batang sarune sepanjang kurang lebih setengah meter, yang bahannya terbuat dari "hau jior", kayu ingul, dan tanduk kerbau.

(BACA: Aplikasi Touch Samosir Dinilai Pacu Peningkatan Jumlah Wisatawan)

Sedangkan tangan kanannya menutup buka lobang di batang sarune, yang berjumlah enam lobang, mengikuti tiupan mulutnya yang kemudian menghasilkan suara yang sakral.

"Suara sarune sakral. Itu sebabnya aku suka memainkannya," kata remaja laki-laki bernama Gonggom Simbolon saat ditanya motivasinya tertarik memainkan alat musik yang dia sebut saksopon Batak itu.

Gonggom memainkan sarune pada acara-acara non adat. Dalam tradisi Batak, tidak bisa anak muda atau yang belum menikah bermain dalam gondang Batak, terutama mengiringi pesta adat.

"Kan kalau meminta gondang selalu disebut dengan 'Amang Pargual Pargocci'. Amang dalam pemahaman itu kepada orangtua atau yang sudah menikah. Aku masih lajang, maka tak bisa main di acara adat," kata Gonggom yang mengaku sudah bisa memainkan sarune semahir orangtua.

Gonggom menuturkan, dirinya kurang lebih satu tahun menekuni sarune. Dia belajar secara otodidak. Sarune didapatkan dari seorang ahli pembuat sarune yang juga bermarga Simbolon di kampungnya, Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan.

Selain pembuat sarune, Simbolon dia sebut juga menjadi tempatnya berguru memainkan sarune.

Sarune yang dia pakai malam itu turut memeriahkan konser Festival Tobatak 2017. Gonggom membeli sarune lumayan mahal yakni Rp 1,5 juta. "Kubeli. Tapi uangnya dari orangtua," katanya dengan malu-malu.

Bincang-bincang dengan Gonggom terputus saat dia naik panggung menyambut kedatangan Gubernur Sumatera Utara Tengku Ery Nuradi dan Bupati Samosir Rapidin Simbolon untuk menyampaikan sambutan perhelatan Tobatak Festival 2017.

Gonggom bersama satu orang rekannya bermain taganing menunjukkan kebolehan mereka sebagai remaja Batak yang selalu melestarikan seni dan budaya Batak.

Konser musik ini juga memperdengarkan lagu-lagu Batak yang dimainkan para musisi Eropa dan musisi Danau Toba yang diinisiasi Henry Manik, putra Garoga, Samosir yang bermukim di Belanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com