Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/08/2017, 07:28 WIB
Markus Makur

Penulis

WAINGAPU, KOMPAS.com - Para fotograter dari Pulau Kalimantan, Pulau Flores dan Pulau Jawa bertarung untuk memotret burung endemik di Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Sebanyak 55 fotografer, mahasiswa, wartawan, kalangan pecinta foto juga salah satu direktur media massa Indonesia ikut lomba foto dan birdrace.

(BACA: Tertarik Mengamati Burung? Datanglah ke Flores)

Mereka berada di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba untuk mengambil gambar burung Endemik Sumba.

Kompetisi ini dilaksanakan dari 18 Agustus hingga 22 Agustus 2017 di lokasi Taman Nasional MataLawa Sumba.

(BACA: Sumba Timur Kembangkan Ekowisata)

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional MataLawa Sumba untuk mempromosikan keunikan-keunikan alam Pulau Sumba, khususnya burung endemik di Pulau Sumba.

Burung Julang Sumba merupakan burung endemik Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini hanya dijumpai di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. (Arsip-TN MataLawa Sumba)ARSIP TAMAN NASIONAL MATALAWA SUMBA Burung Julang Sumba merupakan burung endemik Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini hanya dijumpai di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. (Arsip-TN MataLawa Sumba)
Demikian disampaikan Kepala Taman Nasional MataLawa Sumba, Maman Surahman kepada KompasTravel di Sumba, Minggu (20/8/2017).

(BACA: Bertemu Edelweis di Puncak Wanggameti Pulau Sumba)

Surahman menjelaskan, Pulau Sumba sangat kaya dengan keanekaragaman hayati yang berada di dalam kawasan Taman Nasional MataLawa.

Untuk itu, promosi secara terus menerus dengan berbagai kegiatan terus dilakukan. Salah satu kegiatannya adalah menghadirkan fotografer profesional, wartawan, mahasiswa maupun kalangan pehobi foto di Indonesia.

(BACA: Inilah Tempat-tempat Terbaik Mengamati Burung Elang Flores)

"Sejak 18 Agustus 2017 para peserta kompetisi berada di dalam kawasan hutan Taman Nasional MataLawa untuk memulai memotret burung serta melakukan birdrace. Bahkan, kegiatan lomba dihadiri oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno,” katanya.

Burung Kakatua Jambul Jingga hanya hidup di hutan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini menjadi burung endemik di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. Banyak pengamat, peneliti Burung mengeksplorasi keunikan burung di Pulau Sumba. ARSIP TAMAN NASIONAL MATALAWA SUMBA Burung Kakatua Jambul Jingga hanya hidup di hutan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini menjadi burung endemik di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. Banyak pengamat, peneliti Burung mengeksplorasi keunikan burung di Pulau Sumba.
Menurut Surahman, pihaknya menggunakan juri berpengalaman yaitu Riza Marlon (profesional fotografer wildlife), Arbain Rambey (fotografer Harian Kompas), Didi Kaspi Kasim (editor in chief National Geographic Indonesia), Karyadi Baskoro (UNDIP), Imam Taufikquroman (Yayasan Kutilang) dan Swiss Winasis (TN Baluran).

Salah satu peserta Kompetisi Lomba Foto Burung dari Flores, Yohanes Jehabut kepada KompasTravel, Jumat (18/8/2017) mengungkapkan dirinya sangat tertarik dengan alam dan dunia burung.

“Saya bangga bisa mengikuti pertandingan ini sekaligus saya melakukan survei untuk mempromosikan keunikan burung endemik Pulau Sumba. Sekaligus mencari peluang untuk membuat paket perjalanan wisata di Pulau Sumba untuk mengamati burung endemik Sumba,” katanya.

Jehabut, Pendiri Kampung Ekologi Mbeling, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, menjelaskan turis asing sangat suka wisata ekologi. Mereka senang berkeliling di persawahan di areal pertanian di Flores, juga mengamati burung yang endemik di Pulau Flores.

Burung Kakatua Jambul Jingga hanya hidup di hutan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini menjadi burung endemik di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. Banyak pengamat, peneliti burung mengeksplorasi keunikan burung di Pulau Sumba. ARSIP TAMAN NASIONAL MATALAWA SUMBA Burung Kakatua Jambul Jingga hanya hidup di hutan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung ini menjadi burung endemik di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba. Banyak pengamat, peneliti burung mengeksplorasi keunikan burung di Pulau Sumba.
"Saya sudah menjual paket wisata ekologi Mbeling di Pulau Flores. Hasilnya, warga merasakan kunjungan wisatawan karena wisatawan langsung menginap di rumah warga. Terjadi pertukaran ilmu pengetahuan dan budaya antara orang lokal dengan orang asing. Sudah banyak turis berwisata ekologi Mbeling di Manggarai Timur,” katanya.

Jehabut menambahkan, selain dirinya dari Pulau Flores yang ikut lomba foto burung di Taman Nasional MataLawa adalah Leonardus Nyoman. "Kami juga melakukan survei untuk menjual paket wisata ke Pulau Sumba, khusus wisatawan minat khusus yang mengamati burung," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

UNWTO: Pariwisata Dunia Hampir 90 Persen Pulih dari Pandemi

UNWTO: Pariwisata Dunia Hampir 90 Persen Pulih dari Pandemi

Travel Update
Catat, Tarif Parkir Resmi di Yogyakarta Saat Libur Akhir Tahun

Catat, Tarif Parkir Resmi di Yogyakarta Saat Libur Akhir Tahun

Travel Update
10 Wisata Kuningan yang Hits, Cocok buat Liburan Tahun Baru 

10 Wisata Kuningan yang Hits, Cocok buat Liburan Tahun Baru 

Jalan Jalan
Antisipasi Gunung Alami Erupsi Saat Didaki, Bawa Barang Ini

Antisipasi Gunung Alami Erupsi Saat Didaki, Bawa Barang Ini

Travel Update
Jadwal Batam ke Singapura Desember 2023, Ada Tambahan Saat Akhir Pekan

Jadwal Batam ke Singapura Desember 2023, Ada Tambahan Saat Akhir Pekan

Travel Update
Sempat Sepi, Machu Picchu Bakal Naikkan Angka Batas Pengunjung

Sempat Sepi, Machu Picchu Bakal Naikkan Angka Batas Pengunjung

Travel Update
Mengetahui Titik Berkemah di Gunung Marapi Sumatera Barat

Mengetahui Titik Berkemah di Gunung Marapi Sumatera Barat

Travel Update
Panduan Main ke Rumah Hantu Solo, Wisata Horor di Hotel Terbengkalai

Panduan Main ke Rumah Hantu Solo, Wisata Horor di Hotel Terbengkalai

Travel Tips
BRI Citilink Online Travel Fair, Diskon Tiket Pesawat hingga 80 Persen

BRI Citilink Online Travel Fair, Diskon Tiket Pesawat hingga 80 Persen

Travel Update
4 Jalur Pendakian Gunung Marapi di Sumatera Barat, Ada yang Cuma 3 Jam

4 Jalur Pendakian Gunung Marapi di Sumatera Barat, Ada yang Cuma 3 Jam

Travel Tips
11 Aturan Main ke Rumah Hantu Solo, Dilarang Bawa Makanan dan Minuman

11 Aturan Main ke Rumah Hantu Solo, Dilarang Bawa Makanan dan Minuman

Travel Tips
Penerbangan di Bali Akan Ditambah Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2024

Penerbangan di Bali Akan Ditambah Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2024

Travel Update
Thailand Akan Rayakan Songkran Sebulan untuk Gaet Turis Asing

Thailand Akan Rayakan Songkran Sebulan untuk Gaet Turis Asing

Travel Update
5 Tips Main ke Rumah Hantu Solo, Jangan Pakai Sandal 

5 Tips Main ke Rumah Hantu Solo, Jangan Pakai Sandal 

Travel Tips
Catat, Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar 8-10 Desember

Catat, Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar 8-10 Desember

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com