Saya berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu cucu Djiauw Kie Siong yaitu Yanto Djuhari (68) atau bernama Djiaw Tiang Lin. Ia turut bercerita tentang profil Djiaw semasa hidupnya.
Menurut Yanto, rumahnya sudah beberapa kali mengalami renovasi. Salah satunya adalah cat bagian depan yang sebelumnya berwarna putih dan kini berwarna coklat.
BACA: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia
Suasana di sekitar rumah terasa teduh. Pohon-pohon tumbuh di sekitar rumah. Beberapa jendela juga mempermudah pertukaran udara. Di depan rumah, di bagian kiri dan kanan ada kamar yang pernah digunakan oleh Soekarno dan Hatta untuk beristirahat.
Kami melanjutkan perjalanan ke pinggir Sungai Citarum. Di sana, kami melihat lahan rumah Djiaw Kie Siong sebelum dipindahkan ke tempat sekarang berdiri.
Matahari langsung memancarkan sinarnya hingga menerpa kulit. Untungnya, angin cukup kencang di pinggir Sungai Citarum.
Titik bersejarah selanjutnya adalah Tugu Kebulatan Tekad. Di sini, ada tugu berwarna emas berbentuk tangan yang mengepal. Di bawah tangan itu, ada tulisan "17.AUG.1945".
Rushdy sempat bercerita bahwa sebenarnya Soekarno dan Hatta akan dibawa ke Markas PETA. Namun lantaran markasnya yang terlalu mencolok dan terbuka, mereka dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong.
BACA: Sosok Soekarno di Balik Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi
Di sana, rombongan diajak untuk melihat jejak-jejak tempat Bung Karno tinggal di Pegangsaan Timur No 56 kala itu. Rushdy mencoba untuk menunjukkan gambaran bekas rumah Bung Karno.
Kartum mengatakan dalam kegiatan Jelajah Kota Tua Rengasdengklok, masyarakat diajak untuk melihat proklamasi tak hanya saat tanggal 17 Agustus. Namun, ada latar belakang proklamasi yang juga turut memiliki sejarah panjang.
Dari perjalanan ke Rengasdengklok, Kartum menyebut bisa diresapi bagaimana semangat generasi muda agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat. Sepulangnya Soekarno dan Hatta dari Dalat, Vietnam, untuk bertemu Jenderal Terauchi, generasi muda juga telah mendesak proklamasi agar dilakukan.
"Semangat pemuda pada saat itu agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat dan pemuda menginginkan kemerdekaan itu diperoleh sendiri. Bukan diberikan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.