Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Kemerdekaan RI di Rengasdengklok, Jawa Barat

Kompas.com - 22/08/2017, 08:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

RENGASDENGKLOK, KOMPAS.com - Sabtu (19/8/2017) sekitar pukul 08.00 WIB, sekumpulan orang yang tergabung dalam Komunitas Jelajah Budaya berkumpul di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta. Mereka tampak melihat koleksi-koleksi museum yang dulunya dijadikan tempat perumusan teks proklamasi Indonesia.

Di area halaman, ada dua buah bus berkapasitas sekitar 50 orang terparkir rapi. Sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan Komunitas Jelajah Budaya masuk ke dalam bus dan meninggalkan museum.

BACA: Saksi Bisu Teks Proklamasi di Rengasdengklok

Saya turut serta dalam perjalanan Komunitas Jelajah Budaya bertema Jelajah Kota Toea Rengasdengklok pagi itu. Kali ini perjalanan dilakukan menuju Rengasdengklok, sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, untuk mengenang sejarah kemerdekaan Indonesia.

Petani-petani tengah membajak sawah di daerah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rengasdengklok dikenal sebagai salah satu penghasil beras di Pulau Jawa sejak jaman penjajahan Belanda.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Petani-petani tengah membajak sawah di daerah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rengasdengklok dikenal sebagai salah satu penghasil beras di Pulau Jawa sejak jaman penjajahan Belanda.
Bus melaju melewati jalan Tol Jakarta - Cikampek. Sesekali bus menghadapi kemacetan gara-gara pembangunan Light Rapid Transportation (LRT) dan Jalan Layang Tol. Sempat terbayang bagaimana dulu rombongan pemimpin Indonesia Soekarno dan Hatta pergi ke Rengasdengklok saat dibawa oleh generasi muda seperti Sukarni, Kartowirjo, dan kawan-kawan mudanya pada 16 Agustus 1945.

Gedung-gedung khas perkotaan langsung berganti dengan hamparan sawah. Tak jarang, petani-petani terlihat tengah membajak sawah.

Wisatawan mengunjungi obyek wisata bersejarah, Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017) siang. Pasca Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,  wisatawan masih berkunjung ke obyek-obyek wisata bersejarah di Rengasdengklok.KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Wisatawan mengunjungi obyek wisata bersejarah, Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017) siang. Pasca Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, wisatawan masih berkunjung ke obyek-obyek wisata bersejarah di Rengasdengklok.
Bus kami segera keluar di Gerbang Tol Karawang Barat 1 untuk menuju obyek wisata pertama yakni Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong. Rumah itu adalah tempat persinggahan Soekarno dan Hatta ketika dibawa oleh generasi muda ke Rengasdengklok.

Bus melewati jalan yang rusak di beberapa bagian. Debu-debu berterbangan lantaran daerah yang kering. Matahari hampir menuju titik kulminasinya.

BACA: Pasca HUT RI, Obyek Wisata Sejarah di Rengasdengklok Ramai Pengunjung

Saya tiba di dekat Tugu Kebulatan Tekad. Menurut Ketua Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, dulunya markas tentara Pembela Tanah Air (PETA) berdiri di atas lahan tugu tersebut. Di arah utara tugu, mengalir Sungai Citarum.

Salah satu sudut Sungai Citarum yang pernah jadi tempat berdirinya Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong sebelum dipindahkan sekitar tahun 19657. KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Salah satu sudut Sungai Citarum yang pernah jadi tempat berdirinya Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong sebelum dipindahkan sekitar tahun 19657.
Rombongan langsung menuju Rumah Djiauw Kie Siong dengan berjalan kaki sekitar 100 meter dari Tugu Kebulatan Tekad. Selain kami, ternyata ada rombongan lain yang turut pergi ke Rumah Djiauw Kie Siong.

Tak lama berjalan, dengan keringat yang mulai bercucuran, saya tiba di sebuah rumah berkelir coklat dan berpintu hijau. Suasana tampak penuh sesak di dalam rumah.

BACA: Serunya Wisata Malam di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Rushdy Hoesein, seorang sejarawan, ikut sertaa dalam kegiatan Komunitas Jelajah Budaya. Di rumah Djiauw Kie Siong ia bercerita tentang rumah persinggahan Soekarno dan Hatta beserta generasi muda Indonesia.

"Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon," cerita Rushdy kepada KompasTravel di Rumah Djiauw Kie Siong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com