Anggota rombongan turis Belgia, Kris Aumann, mengaku menikmati perjalanan wisata di Pulau Flores sambil belajar bahasa setempat.
Seperti saat rombongan menginap di homestay Mbeling, tuan rumah mengajarkan bahasa Manggarai untuk menyapa tamu. "Saat masuk di rumah adat Gendang Tuwa Mendang, saya menyapa kepada tua adat di rumah itu dengan kalimat 'Tabe Iyo Ite'. Ini sangat berkesan bagi saya," katanya.
Ungkapan bahasa Manggarai “Tabe Iyo Ite” sangat mendalam di mana tamu yang datang dan orang Manggarai Timur menjadi saudara.
Selain itu, lanjut Kris Aumann, tinggal di rumah warga juga sangat menarik. "Saya berharap program ini terus dipertahankan. Saya mengelilingi persawahan di kawasan Mbeling serta menikmati suasana alam yang sangat alamiah. Bahkan, yang menarik adalah saya pakai pakaian adat warga Manggarai Timur dengan 'Tengge' atau kain songke," tuturnya kepada KompasTravel.
Arnold Van Lith, anggota rombongan mengagumi bahwa alam Flores sangat asli dan natural. Dia berharap tidak ada perkebunan kelapa sawit di Pulau Flores karena wisatawan sangat menyukai keaslian alam.
"Saya berharap alam Pulau Flores terus dijaga dengan baik. Pantai, gunung dan budaya yang ada memberikan daya tarik kepada wisatawan asing untuk menikmati keunikannya," katanya.
Celine Janssen dan Laura Melkebeke, dua guru Taman Kanak-Kanak di Belgia menjelaskan, mereka sangat suka trekking di persawahan Mbeling, Desa Gurung Liwut.
Bahkan, banyak jenis tumbuhan yang unik yang dijumpai di hutan Mbeling juga menikmati suara burung dari bebas. Bahkan mereka bermain dengan anak-anak di Kampung Mbeling.
Suasana kekeluargaan, persahabatan dijumpai dalam perjalanan wisata ke Pulau Flores. "Di Kampung Mbeling, kami bisa mandi di alam bebas dan bermain dengan anak-anak di kampung itu serta berjumpa dengan orang Manggarai Timur yang sangat ramah. Ini merupakan keunikan yang disuguhkan oleh orang Flores,” katanya dalam perjalanan menggunakan bemo dari kampung Mbeling ke Borong.
Bahkan, turis trekking di areal persawahan, melintasi perbukitan di sekeliling kampung, juga berwisata di kebun kopi dan menanam pohon di sekitar mata air.
Selain itu, lanjut Jehabut, turis disuguhkan makanan lokal serta keterampilan lokal seperti cara membuat supat yang dilatih orang-orang Mbeling. Makanan juga disiapkan oleh orang-orang Mbeling. Jadi ada pertukaran pengetahuan antara orang lokal dengan turis asing.
Rombongan turis Belgia juga mengajak masyarakat untuk tidak tebang pohon di areal hutan dan sekitar mata air. Bahkan, bersama masyarakat mereka menanam pohon di sekitar mata air. Masyarakat memberikan pengetahuan kepada turis cara memetik kopi, membuat kopi dan menyuguhkan kopi saat sarapan pagi.
Selain itu, tambah Jehabut, turis mengajarkan warga lokal cara hidup sehat serta menjaga lingkungan yang bersih.
"Keunikan alam di sekitar Mbeling memberikan keuntungan kepada warga lokal di mana turis langsung menginap di rumah warga. Konsep homestay sudah berjalan di Kampung Mbeling, Desa Gurung Liwut," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.