Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tabe Iyo Ite, Sapaan Turis Belgia di Kampung Tuwa Mendang Flores

Kompas.com - 27/08/2017, 12:06 WIB
Markus Makur

Penulis

Kain songke disarungkan di pinggang. Baik turis perempuan dan laki-laki memakai kain songke dengan baju yang layak di bagian atasnya.

Semua kain songke disiapkan oleh pemilik homestay yang disewa oleh turis atau dalam paket biaya homestay.

Malam itu, sebagian turis Belgia bersama dengan pemandu, Yohanes Jehabut termasuk KompasTravel sudah duduk di dalam rumah gendang Tuwa Mendang.

Lalu, semua tua adat dan KompasTravel serta pemandu dikejutkan dengan sapaan dua turis Belgia saat memasuki pintu rumah gendang.

Kris Aumann dari Belgia dan Arnold Van Lith dari Holland secara bersamaan menyapa dengan sapaan "Tabe Iyo Ite".

Kami yang sedang duduk sambil berbincang-bincang terperangah dengan sapaan persaudaraan dan kekeluargaan yang disampaikan oleh dua turis tersebut.

Setelah sapaan itu, keduanya masuk ke dalam rumah gendang Tuwa Mendang untuk makan malam.

Sebelum minum kopi dan teh serta makanan lokal seperti ubi kayu dan pisang, terlebih dahulu Tua Golo Gendang Tuwa Mendang, Wilibrodus Sebar menyambut turis Belgia itu dengan sapaan adat.

Dia memegang Tawu, semacam botol dari buah pohon yang berisi moke lokal dari olahan pohon Enau. Dia mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu dari Belgia.

Selain itu dia meminta leluhur di kampung itu memberikan perlindungan kepada tamu-tamu yang sedang berada di kampung itu. Selanjutnya, Tawu diserahkan kepada ketua rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans.

Sesudah ritual adat itu berlangsung, pelayan-pelayan yang sudah dilatih membawakan minuman kopi dan teh sesuai pilihan dari tamu-tamu tersebut.

Selanjutnya makan malam bersama dengan tua-tua adat di rumah Gendang Tuwa Mendang dengan menu nasi merah ditambah dengan daging ayam bakar.

Tua Golo Gendang Tuwa Mendang, Wilibrodus Sebar melaksanakan ritual penerimaan rombongan turis Belgia di rumah adat Gendang Tuwa Mendang, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/8/2017) malam. Ritual ini sudah menjadi kebiasaan warga Desa Gurung Liwut dengan menyambut tamu di rumah adat gendang.KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tua Golo Gendang Tuwa Mendang, Wilibrodus Sebar melaksanakan ritual penerimaan rombongan turis Belgia di rumah adat Gendang Tuwa Mendang, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/8/2017) malam. Ritual ini sudah menjadi kebiasaan warga Desa Gurung Liwut dengan menyambut tamu di rumah adat gendang.
Makan malam penuh dengan kekeluargaan dialami turis Belgia bersama dengan tua-tua adat setempat. Sungguh mereka merasakan keunikan-keunikan yang dimiliki warga Desa Gurung Liwut di Kabupaten Manggarai Timur.

Kris Aumann dan Arnold Van Lith kepada KompasTravel di Kampung Mbeling, Senin (14/8/2017) menjelaskan, saat mereka berada di rumah warga Mbeling, mereka bertanya apa sapaan khas orang Manggarai Timur saat memasuki rumah.

Lalu tuan rumah memberitahukan bahwa ungkapan yang sangat sopan dan saling menghargai adalah "Tabe Iyo Ite".  Lalu mereka mempraktikkannya saat memasuki rumah gendang Tuwa Mendang.

"Kami sangat bahagia atas sapaan kekeluargaan dan persaudaraan dari tuan rumah serta warga Desa Gurung Liwut. Senyum dan sapaan 'hello mister!' memberikan kesan tersendiri bagi kami yang baru pertama kali berwisata ke Flores pada umumnya dan Kampung Mbelingdan Tuwa Mendang pada khususnya. Ada pertukaran bahasa yang kami alam antarwarga lokal dengan kami sebagai turis. Kami mendapatkan pengalaman baru di Pulau Flores, Indonesi. Itu yang unik di Pulau Flores," kata Kris Aumann.

Arnold Van Lith mengungkapkan, dirinya sudah berwisata keliling dunia. Namun, kunjungan ke Pulau Flores sungguh sangat berbeda.

Turis Belgia menyusuri persawahan di Mbeling, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, Flores, NTT, Senin (14/8/2017). Desa Gurung Liwut menawarkan wisata ekologi kepada turis mancanegara dan Nusantara. KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Turis Belgia menyusuri persawahan di Mbeling, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, Flores, NTT, Senin (14/8/2017). Desa Gurung Liwut menawarkan wisata ekologi kepada turis mancanegara dan Nusantara.
Menurut Arnold sebuah pengalaman yang sangat berbeda dengan negara lain di dunia ini. Banyak hal yang yang dijumpai di Pulau Flores, terutama orang-orang Flores yang sangat ramah dan selalu senyum kepada tamu yang melintasi perkampungan.

"Saya merasakan sesuatu yang baru dan unik di Pulau Flores, khusus orang-orang Flores yang sangat terbuka dan ramah serta menyapa tamu dengan senyum," katanya.

Pimpinan rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans kepada KompasTravel mengatakan, tujuan pertama rombongan ini berkunjung ke Indonesia adalah berwisata ke Pulau Flores.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com