BACA: Nasi Kropokhan, Kuliner Raja Demak yang Terlupakan
Mbah Sudiyah (75) pembuat jamu bubur coro yang juga berjualan di pasar Wonokerto, Kecamatan Karangtengah, Demak, mengatakan bahwa ada cara khusus untuk mengolah bahan bahan jamu coro yang terdiri dari santan kelapa, gula merah, garam halus, kayu manis , cengkeh, jahe, lengkuas dan daun pandan.
Santan direbus di atas api sedang bersama daun pandan, diaduk hingga mendidih. Kemudian masukkan semua bahan lainnya kedalam rebusan santan hingga tercium aroma harum.
"Sadeyan niki pun awit nderek Mae. Kula nglanjutke mawon. Eman - eman resepe nek ical, boten sembarang tiyang saged damel bubur jamu coro ( jualan bubur jamu coro sejak masih ikut ibu. Saya melanjutkan saja. Sayang kalau resep warisan ini hilang, tidak semua orang bisa membuat bubur jamu coro)," tekad Mbah Sudiyah.
Mbah Sudiyah menuturkan rutinitasnya setiap hari bangun pukul 01.00 WIB dini hari untuk sholat tahajud, kemudian pukul 02.00 WIB baru membuat bubur jamu coro sampai pukul 04.30 WIB.
Selepas shalat subuh, ia baru pergi jualan. Rata-rata kalau dagangannya habis, Mbah Sudiyah akan mendapatkan untung Rp. 50.000.
"Lumayan kagem nyambung urip kaleh jajan putu. (Lumayan bisa untuk menyambung hidup dan buat jajan cucu)," katanya.
Jika orang dewasa memburu bubur jamu coro untuk kebugaran tubuhnya, maka anak-anak biasanya menyerbu gulali yaitu makanan semacam permen yang terbuat dari karamel dan dililitkan di sebilah bambu seukuran jari kelingking. Para penjual bubur jamu coro biasanya membawa gulali sebagai pelengkap dagangan.
"Enak, kayak lolipop tapi rasanya ndak manis banget," seru Rakreyan, siswa SD Karangsari.
BACA: Nikmatnya Pizza Khas Demak, Beda dengan Pizza yang Lain
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.