KOMPAS.com - Saya selalu terbius oleh tiupan angin dari kaca bagian atas saat naik kereta kelas bisnis. Waktu itu, sekitar tahun 1995, KA Parahyangan rute Jakarta-Bandung menjadi langganan saya dan ayah.
Ayah selalu mempersilakan saya untuk duduk di dekat jendela. Saya, yang waktu itu duduk di kelas tiga SD, tak henti-hentinya mengagumi lansekap alam sepanjang jalan.
Satu-satunya hal yang bisa membuat saya tertidur adalah tiupan angin dari kaca bagian atas kelas bisnis. Kemudian, satu-satunya hal yang bisa membuat saya terbangun adalah semerbak wangi nasi goreng yang diantarkan pramusaji.
Nasi Goreng Parahyangan
Nasi Goreng Parahyangan, begitu nama makanan tersebut. Sesuai namanya, nasi goreng itu dihidangkan di Kereta Api Parahyangan yang beroperasi di Pulau Jawa pada 1971-2010.
KA Parahyangan terdiri dari kelas bisnis dan eksekutif. Sejak 2010, operasional kereta tersebut digabung dengan KA Argo Gede menjadi KA Argo Parahyangan.
(BACA: PT KAI Tambah 5 Perjalanan Kereta Rute Jakarta-Bandung)
Selama puluhan tahun itu, PT Reska Multi Usaha menghadirkan sajian nasi goreng yang membekas di hati penumpang. Padahal bumbunya biasa saja.
"Nasi Goreng Parahyangan itu sangat melegenda. Peminatnya sangat banyak. Mereka yang langganan naik KA Parahyangan pasti rindu dengan makanan satu itu," tutur Direktur Utama PT Kereta Api Pariwisata yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Reska Multi Usaha, Totok Suryono, kepada KompasTravel beberapa waktu lalu.
Nasi Goreng Parahyangan biasa dihidangkan dalam piring putih lebar. Lengkap dengan telur dadar, ayam goreng, sambal sachet, dan acar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.