Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan ke Gunungkidul, Yuk Jajal "Flying Fox" Terpanjang Kedua di Asia Tenggara

Kompas.com - 30/08/2017, 07:04 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta bakal memiliki wahana wisata berupa flying fox yang panjangnya lebih dari 500 meter. Flying fox itu disebut-sebut menjadi yang terpanjang kedua di Asia Tenggara.

Satu-satunya flying fox dengan trek lebih panjang berada di Treetes Treetop, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Flying fox di Kabupaten Pasuruan itu disebut-sebut memiliki panjang lebih dari 700 meter.

"Iya terpanjang (kedua) di Asia (tenggara)," kata Gubernur DIY, Sultan HB X kepada wartawan di Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Selasa (29/8/2017).

BACA: Kicikan, Kuliner Khas Gunungkidul yang Memiliki Banyak Penggemar

 

Sultan mengatakan bahwa wahana wisata yang bakal memacu adrenalin itu memiliki panjang sekitar 623 meter. Rencananya ia yang akan meresmikannya langsung pada Rabu (29/8/2017).

Adapun flying fox dengan panjang lebih dari setengah kilometer itu berada di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Dengan panjangnya itu, kata Sultan, bisa memberikan warna baru untuk wisata di Yogyakarta. Harapannya, kata dia, bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gunungkidul.

"Khususnya di Gedangsari. Dari desa yang miskin, masyarakat tumbuh ekonominya. Apalagi di sana sudah ada industri batik," ujar Sultan.

Sultan meyakini aktivitas dan pergerakan ekonomi di Kecamatan Gedangsari bakal berkembang pesat dengan adanya wahana anyar itu. Sebab, kata dia, perputaran uang di Kecamatan Gedangsari bakal meningkat tajam.

"Untuk satu orang kan Rp 100 ribu sehari, berarti berapa peredaran uangnya. Belum nanti tumbuh rumah makan, orang jualan dan sebagainya. Otomatis, semua duit berputar di desa (Mertelu) dari transaksi yang terjadi di sana," tambahnya.

BACA: Senja nan Eksotis di Pantai Pok Tunggal, Gunungkidul

Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugrahadi, mengatakan bahwa keberadaan flying fox di Desa Mertelu ini sudah ada sejak awal Januari 2017. Namun wahana yang dibangun sejak Oktober itu memang baru diresmikan besok oleh orang nomor satu di DIY.

"Wahana ini dikelola masyarakat desa, namun dana (membangunnya) merupakan bantuan dari Gubernur DIY," kata Aria ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Dikatakan Aria, jenis dan bentuk flying fox di Desa Mertelu itu seperti pada umumnya. Meski panjangnya lebih dari 600 meter, menurutnya, keamanan dan kenyamanan wisatawan yang menaiki flying fox itu terjamin. Sebab terdapat tim khusus yang menangani keamanan dan kenyamanannya.

"Ada tim profesional yang set up flying fox itu. Jadi aman tidak perlu takut walaupun panjang," kata Aria.

Bisa Lihat Rowo Jombor di Klaten

Aria mengatakan bahwa wisatawan tak hanya bisa merasakan adrenalin ketika menaiki flying fox di Desa Mertelu itu. Wisatawan juga bisa mendapatkan pemandangan yang tak biasa lewat flying fox yang menghubungkan antar bukit.

"Dari flying fox itu kita bisa lihat pemandangan kanan dan kiri yang merupakan wilayah Klaten dan Sukoharjo. Bahkan kita bisa lihat di Klaten kelihatan," kata Aria.

Nelayan mencari ikan di waduk Rawa Jombor di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Kamis (18/8/2016) pagi. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Nelayan mencari ikan di waduk Rawa Jombor di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Kamis (18/8/2016) pagi.

 

Dengan panjang lebih dari 600 meter, Aria tak bisa memastikan kecepatan meluncurnya. Namun, ia mengatakan, perjalanan dari ujung bukit tertinggi ke ujung bukit terendah itu berjalan lambat. Berdasarkan pengalaman orang yang sudah menjajalnya, waktu tempuhnya mencapai 1 menit 40 detik.

"Memang tidak terlalu kencang sehingga yang naik itu juga merasa nyaman. Untuk kedalaman jurang yang dilewati juga bervariasi, ada 30 meter sampai 40 meter," kata Aria.

BACA: Berkemah di Ngrumput, Pantai di Gunungkidul yang Masih Sepi

 

Aria mengatakan, sejumlah fasilitas telah dibangun di kawasan flying fox tersebut. Salah satunya adalah lahan parkir seluas 400 meter persegi. Pihaknya pun mendorong masyarakat sekitar untuk menjajakan kuliner lokal agar menjadi daya tarik tersendiri.

"Wahana wisata ini memang dikelola masyarakat, hanya didampingi tim khusus agar pengelolaannya profesional," kata Aria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com